A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Alhamdulillahirobbilalamin,
atas segala kuasa-Nya sehingga kami dari kelompok XI kelas B semester VI,
jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial, fakultas tarbiyah dengan anggota
kelompok yang bernama Avika Tri Hidayati (10130014), Afidatul Husna (10130008)
dan Ilham Zulkarnain (10130059) dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan Pendidikan dengan Sekulerisasi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sosiologi Pendidikan dengan dosen pengampu bapak Dr. H. Zulfi Mubaraq, M.Ag.
Urgensi topik
yang berjudul Hubungan Pendidikan dengan Sekulerisasi ini adalah yang pertama, untuk memberikan informasi serta
pemahaman yang mendalam mengenai pengertian sekulerisasi. Kedua, memahami hubungan pendidikan dengan sekukerisasi serta
peran pendidikan untuk menghadapi era yang semakin berkembang pesat serta
masyarakat yang semakin maju.Ketiga, contoh sekulerisasi itu sendiri
dalam pendidikan.
Isi global
makalah ini adalah membahas mengenai Pengertian pendidikan secara
etimologi dan terminologi, Pengertian sekulerisasisecara etimologi dan
terminologi, hubungan pendidikan dengan sekulerisasi, dan contoh sekulerisasi dalam pendidikan.
2. Tujuan Pembahasan
a.
Ingin
memahami pengertian pendidikan dan sekulerisasi.
b.
Ingin
memahami hubungan pendidikan dengan sekulerisasi.
c.
Ingin
memahami contohsekularisasi dalam pendidikan
3. Rumusan Masalah
a.
Apa yang
dimaksud dengan pendidikan dan sekularisasi?
b.
Bagaimana hubungan
pendidikan dengan sekulerisasi?
c.
Bagaimana
contoh sekularisasi dalam pendidikan?
B. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan dan Sekulerisasi
a. Secara Etimologi
Pendidikanmenurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah 1)
Perbuatan (hal, cara, dsb. ) 2) Ilmu didik, ilmu mendidik 3) Pemeliharaan
(latihan-latihan dsb.) [1] dan
dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Pendidikan diartikan sebagai proses
pengubahan cara berpikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan,
dan latihan. [2]Kamus
Webster’s menyebutkan education is education is 1). the act or process of educating;
training through study or intruction; also, the course of study and discipline
for this purpose. 2). the knowledge, skill, and development gained through
instruction and training. 3). a science dealing with the principles and
practice of teaching and learning.[3]Terjemahannya:Pendidikan adalah 1). tindakan atau proses mendidik, pelatihan melalui
studi intruksi atau, juga, program studi dan disiplin untuk tujuan ini. 2).
pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan yang diperoleh melalui pengajaran
dan pelatihan. 3). ilmu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan praktek
mengajar dan belajar.
Kata “sekularisasi” berasal dari
bahas latin “saeculum”, yang berarti “dunia”, yaitu dunia seperti apa adanya
beserta keseluruhan nilai-nilainya yang sering disebut nilai duniawi. Dalam
konteks pemikiran ini.,
dunia dan nilai duniawi dipisahkan sama sekali dari agama, dan demikian juga
dinilai baik. Jadi bukan hal yang jahat atau tercela. Dari kata dasar
“saeculum” dibentuk kata “saecularis” atau “sekular” yang diberi arti “serba
duniawi” dalam arti yang baik. Lebih lanjut
dari kata yang sama muncul pengertian “sekularisme” dan “sekularisasi”. Yang
pertama termasuk golongan ideologi, dan yang kedua berupa suatu gerakan.[4]
Sekuler
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bersifat duniawi atau
kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian).
Kata sekuler maupun sekularisasi berasal dari bahasa Eropa (Inggris, Belanda
atau Perancis) yaitu secular. Asal kata sekular adalah bahasa Latin
yaitu saeculum yang artinya zaman sekarang ini,
dapat juga diartikan dengan abad (age, century, eewu, siecle). Jadi sekuler
berarti seabad. Selanjutnya sekuler juga mengandung arti “bersifat duniawi”
atau “yang berkenaan dengan hidup dunia sekarang” (temporal, wordly, wereldijk,
mondaine).
Dari akar kata sekuler kemudian
terbentuklah kata sekularisasi.Pengertian sekularisasi sering diartikan sebagai
pemisahan antara urusan Negara (politik) dan urusa agama, atau pemisahan antara
urusan duniawi dan ukhrawi (akhirat).Sebagaimana yang berkembang sejak abad
pertengahan, sekularisasi menunjukkan arah perubahan dan penggantian hal-hal
yang bersifat adi-kodrati dan teologis menjadi hal-hal yang bersifat alamiah
dalam dunia ilmu pengetahuan yang menjadi serba ilmiah dan argumentatif.[5]
Secular adalah secular, berkenan
dengan hal-hal yang tidak bersifat keagamaan.Sedangkan Secularization adalah
sekularisasi, peralihan fungsi-fungsi non keagamaan yang semula dipegang oleh
organisasi keagamaan ke organisasi-organisasi sekuler.[6]
Secularisme adalah suatu paham
yang memiliki tujuan dan sikap pandang hanya dalam batas keduniawian dan tidak
mengenal keakheratan.[7]
Jadi,
sekulerisme adalah pemisahan antara urusan negara (politik) dan urusan agama,
atau pemisahan antara urusan duniawi akhrawi (akhirat).
b. Secara Terminologi
Secara
terminologis, para ahli pendidikan mendefinisikan kata pendidikan dengan
berbagai tujuan.Abdurahman Al-Bani mendefinisikan pendidikan (tarbiyah)
adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran
Islam. Dalam Dictionary of Educaition dinyatakan bahwa pendidikan
adalah:
a. Proses seorang
mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat
tempat mereka hidup.
b. Proses sosial yang
terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungannya yang terpilih
dan terkontrol (khususnya yang datang di sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Dengan kata lain, perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingah laku,
pikiran dan sikapnya
Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah aktivitas
dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, cipta, dan hati nurani) dan
jasmani (panca indra serta keterampilan).[8]
Apabila dilihat dari pengertiannya, pendidikan berasal dari kata “didik”
mendapat awalan pe- dan akhiran –an menjadi pendidikan yang mengandung arti
perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari
yunani, paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam
bahasa inggris, pendidikan diterjemahkan dari kata education, yang berarti pengembangan
atau bimbingan. Dalam bahasa arab, pendidikan diterjemahkan dari kata tarbiyah.[9]
Menurut Imam Barnadib, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental.[10]Pengertian
pendidikan telah menjadi bahasan para tokoh pendidikan yang mempunyai daya
tekan yang berbeda. Dari beberapa definisi pendidikan ini, ada titik temu dalam
hal tujuan pendidikan. Secara sederhana, pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang
dewasa. Definisi lain dijelaskan dalam ensiklopedia pendidikan bahwa pendidikan
adalah suatu usaha sadar menfasilitasi orang sebegai pribadi yang utuh sehingga
teraktualisasi dan terkembangkan potensinya mencapai taraf pertumbuhan dan
perkembangan yang dikehendaki melalui belajar.[11]
Istilah
“sekularisasi” mempunyai perjalanan sejarah tersendiri.Kata tersebut digunakan
pada era Perang Agama untuk menyatakan pemisahan teritori atau properti dari
kontrol kekuasaan gerejawi.Lalu, dalam lingkaran anti-klerikal dan progresif,
istilah sekularisasi digunakan untuk menjelaskan kebebasan manusia modern dari
belenggu agama.Sementara itu, bagi kalangan gereja-gereja tradisional,
sekularisasi dimaknai sebagai “de-kristenisasi”, “paganisasi” dan
semacamnya.Sekularisasi adalah perubahan masyarakat dari identifikasidekat
dengan nilai-nilai dan institusi agama
menjadi nilai-nilai dan institusi non-agama dan sekuler.[12]
Jadi, sekularisasi
atau kata lain saeculum yang berarti ganda, ruang dan waktu, ruang menunjuk
pada pengertian duniawi, sedangkan waktu menunujuk pada pengertian sekarang
atau zaman masa kini. Dan masa kini atau zaman kini menunjuk pada peristiwa di
dunia ini, atau berupa peristiwa masa kini. Atau bisa dikatakan bahwa makna
sekuler lebih ditekankan pada waktu atau periode tertentu di dunia.
2. Hubungan Pendidikan Dengan Sekulerisasi
Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Pada
awalnya sosiologi berkembang sesuai dengan obyek dan tujuannya sendiri, demikan
pula pendidikan. Dengan adanya perkembangan masyarakat yang begitu cepat dalam
segala aspek kehidupan, memerlukanpengetahuan sesuai dengan kebutuhan.
Sosiologi tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, demikian pula kalau hanya
pendidikan saja. Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks memerlukan ilmu
pengetahuan yang kompleks pula. Salah satunya adalah sosiologi pendidikan.[13]
Dalam dunia pendidikan, senantiasa memerlukan ilmu-ilmu lain yang dapat
mendukung dan menunjang perkembangan pendidikan, diantaranya sosiologi. Sesuai
dengan subyek dan obyek pendidikan, yaitu manusia, maka secara langsung
pendidikan membahas tentang perilaku manusia, sehingga bisa menjadi manusia
yang baik, sebagai makhluk sosial dan makhluk individual. Sebagai makhluk
individual, pendidikan memerlukan ilmu psikologi, tetapi sebagai makhluk
sosial, pendidikan memerlukan ilmu sosial.[14]
Terkadang kita sering menyamakan
antara sekularisasi dan sekularisme. Memang benar, kalau dikatakan bahwa
sekularisasi dan sekularisme berasal dari kata yang sama, yaitu saeculum.
Namun, keduanya menempati arti yang berbeda. Akan lebih jelasnya, mari kita
coba simak definisi yang diberikan Talcott Parsons mengenai sekularisasi.
Parsons mengatakan bahwa “Sekularisasi merupakan konsekuensi dari proses
deferensiansi struktural masyarakat, yang berkaitan dengan perubahan-perubahan
dalam karakter orientasi religius, akan tetapi tidak mendasari hilangnya
kekuatan nilai-nilai religius tersebut”.[15]
Dari definisi Parsons ini, bisa kita ambil satu kata kunci,
yaitu “konsekuensi”. Hal inilah yang membedakan kalau kita bandngkan dengan
definisi sekularisme sebelumnya. Kalau sekularisme berbentuk aliran, paham atau
pandangan, sedangkan sekularisasi merupakan sebuah proses yang niscaya terjadi.
Maka dari itu, Nurcholis Madjid lebih memilih istilah
sekularisasi daripada sekularisme, dengan artian bahwaCak Nur bukan pengikut
faham sekuler, namun beliau mengakui bahwa proses sekularisasi niscaya terjadi.
Sekularisasi adalah proses yang
tak mungkin dihindari sebagai bagian dari proses modernisasi dalam kehidupan
masyarakat, sedangkan sekularisme adalah paham yang berkembang sebagai respon
manusia atas perkembangan kehidupan politik dalam masyarakat, khususnya dalam
kaitan dengan masalah agama dan Negara. Yang pertama bersifat sosiologis, yang
kedua bersifat ideologis.
Pada dasarnya sekularisasi atau
apa saja, dalam pengertian proses, sangat terkait dengan the idea of progress
dan, terutama, kemajuan pendidikan , the rise if education, bukan lagi Negara.
Negara hanya sebagai fasilitator.Modernisasi terkait dengan pendidikan.Kalau
pendidikannya tidak bergerak, maka sekularisasi juga otomatis akan sulit
berkembang. Semangat yang melatarbelakangi sekularisme adalah semangat
pembebasan.Karenanya sekularisme justru menyelamatkan agama itu sendiri. Dengan
memisahkan agama dari kekuasaan, agama justru akan dikembalikan pada fungsinya yang
benar, yaitu sebagai penyelamat dan penerang hati umat manusia.
Sekularisme kita perlukan karena
kehidupan semakin beragam dan terus berkembang sedemikian rupa.Dengan
sekularisme, masyarakat dapat mencari jawaban atas segala macam persoalan di
sekitarnya dengan pendekatan rasional.[16]
Sekularisasi bersifat open-ended,
dalam arti menunjukkan sifat keterbukaan dan kebebasan bagi aktivitas manusia
untuk broses sejarah, maka sekularisme tertutup. Dalam pengertian bukan
merupakan sebuah proses lagi, akan tetapi telah menjadi semacam paham atau
ideologi.[17]
Sekularisasi berorientasi
semata-mata kepada masalah keduniaan dan tidak terkait (atau menyampingkan)
nilai-nilai keagamaan. Khusus untuk perkembangan paham sekularisasi, pada
umumnya Negara-negara di dunia ini tidak banyak penganutnya, lebih-lebih untuk
Negara Indonesia yang pada dasarnya melarang paham tersebut, karena
bertentangan dengan pancasila dan undang-undang dasar 1945.[18]
Sekularisasi
kebudayaan meliputi penyusutan hal yang sakral dan peningkatan rasionalis
fikiran manusia. Dua-duanya merupakan perubahan bentuk pemikiran dan
transformasi masyarakat, karena menyangkut perubahan dalam cara berfikir dan
kegiatan utama manusia, maka ia juga melahirkan perubahan dalam struktur sosial
masyarakat. Masyarakat perkotaan yang sibuk dengan kegiatan keduniawian ini
berkembang sebagai dasar struktur perubahan-perubahan bentuk dan cara berfikir.
Evolusi masyarakat perkotaan, yang mula-mula terbentuk di atas sistem industri,
sebenarnya merupakan suatu perkembangan anti tradisionalis.[19]Pengamatan banyak
orang tentang kejadian sosiologis dan nonsosiologis dari dahulu hingga sekarang
menimbulkan kesimpulan bahwa tidak ada sesuatu yang tetap, segalanya berubah
terus menerus.Fakta perubahan ini mengundang banyak ahli filsafat teologi
hingga ilmu empiris (eksakta dan sosial) untuk mengkajinya. Yang satu mendekati
masalah dari segi metafisika (melihat perubahan dalam arti luas), yang lain
dari segi geografis, yang lain lagi dari segi biologis dan psikologis, ada juga
yang menyelidiki dari segi ekonomi.
Berangkat
dari perkembangan pemikiran dan usaha konkret manusia dari masa ke masa menuju
tingkat- tingkat kesempurnaan dan kedewasaannya, maka munculnya sekularisasi
dinilai para pengamat sebagai hal yang wajar.Kesadaran manusia atas
kemampuannya dan harkatnya langkah demi langkah dikembangkan berkat
keberhasilannya di beberapa bidang- bidang yang penting. Tantangan alam
berhasil diatasi berkat kemajuan ilmu pendidikanseperti: ilmu fisika, kimia,
biologi, teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya. Itu semua membuat meningkatnya
kesadaran (psikologis) bahwa ia (manusia) bukan saja dapat mengontrol dunia
fisik, tetapi mampu juga mengatur dan menentuka jalan sejarahnya sendiri atas
tanggung jawab sendiri, melenyapkan takdir dan nasib malang, yang menghambat.
Tata tertib sosial yang bersih dan kekuasaan feodal, di bangun di atas dasar
demokrasi (kebebasan dan kesamarataan kodrat manusia), ini menigkatkan
kesadaran akan otonominya dalam arti bahwa ia tidak perlu tunduk pada kekuasaan
manusia kapan dan di manapun, kecuali dengan kemauannya sendiri yang bebas
merdeka. Akan tetapi, berdasarkan asas subsidiaritas yang mendukung inisiatif
pribadi, kreatifitas, dan tanggung jawab sendiri, maka manusia sekuler sanggup
menyelesaikan tugas kemanusiaannya tanpa menunggu perintah dari atasan.Jadi,
sekularisasi merupakan hal yang wajar, karena berakar pada pada pertimbangan
yang wajar.
Kelemahan sekulerisasi yaitu seperti adanya
aksi pemalakan, tawuran hingga pembunuhan bahkan tindakan asusila antar pelajar
menjadi bukti nyata bahwa wajah dari sistem pendidikan Indonesia yang
Sekularistik - Materialistik.Beberapa kalangan menilai bahwa sistem pendidikan
sekarang ini merupakan sistem pendidikan warisan kolonialis belanda. Ciri–
cirinya dilihat dari ideologi sistem pendidikan para penjajah yang bernafaskan
Sekularisme- Materialisme yang sekarang mungkin
sedang di adopsi oleh generasi sekarang.
Sekularisme
sebagai paham yang tidak menginginkan adanya hubungan yang jelas antara ajaran
agama dan kehidupan bermasyarakat (hubungan muamalah berupa Pendidikan,
Ekonomi, dan Social- Kemasyarakatan), menjadi acuan system pendidikan kita.
Sehingga ketika Sekularisasi di bidang pendidikan menciptakan generasi-
generasi yang gagal melahirkan pribadi- pribadi mulia dan sekaligus mampu
menguasai Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi secara bersamaan, sebaliknya hanya
mampu menciptakan generasi- generasi yang memanfaatkan segala cara demi
mendapatkan kekuasaan. Secara formal kelembagaan, sekularisasi pendidikan
ini dimulai sejak dilahirkannya dua kurikulum pendidikan keluaran dua
Department yang berbeda yakni,Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen
Agama. Sehingga pengembangan dan pemberdayaan ilmu- ilmu penunjang kehidupan
(IPTEK), yang berada dibawah kontrol Departemen Pendidikan Nasional, berada
pada domain yang kurang tersentuh nilai- nilai agama (Islam) nilai yang
disajikan hanya berupa etika moral (ethic) yang tidak bersandar/ berlandaskan
islam. Adanya ini menyebabkan kekaburan hukum islam pada IPTEK yang sedang
dipelajari, hingga akhirnya menghasilkan generasi yang kurang handal dalam
kehidupan bermasyarakat. Di sisi lain, Departemen Agama sebagai pusat kendali
pembelajaran dan pemberdayaan ilmu agama, hanya mampu melahirkan generasi-
generasi yang paham agama namun buta terhadap teknologi dan sains, dan generasi
asli kelahiran pondok- pondok pesantren ini hanya mampu duduk dibangku Madrasah
sebagai guru agama tanpa mampu menduduki sektor - sektor modern seperti
Industri, Perdagangan dan Jasa.[20]
Sistem pendidikan yang berjalan
sepertisaat ini memang adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik.
Watak sekuler-materialistik ini tampak jelas pada hilangnya nilai-nilai
transedental pada semua proses pendidikan, mulai dari peletakan filosofi
pendidikan, penyusunan kurikulum dan materi ajar, kualifikasi pengajar, proses
belajar mengajar hingga budaya sekolah/kampus sebagai hidden curiculum, yang
sebenarnya berperanan sangat penting dalam penanaman nilai-nilai.
Sistem pendidikan semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia
shaleh yang sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan
sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan menghasilkan
dikotomi pendidikan yang sudah berjalan puluhan tahun, yakni antara pendidikan
“agama” di satu sisi dengan pendidikan umum di sisi lain. Pendidikan agama
melalui madrasah, institut agama dan pesantren dikelola oleh Departemen Agama,
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah dan kejuruan
serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan
Nasional.Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan
(iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan
agama. Sementara, pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting
dari proses pendidikan di sini justru kurang tergarap secara serius. Agama
ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal,
bukan menjadi landasan dari seluruh aspek. Di sisi lain, pengajaran agama dan
persoalan keagamaan digarap oleh Depag, seolah pendidikan Islami identik dengan
pengajaran agama Islam saja. Adanya pesantren yang dalam banyak aspek acap
dipuji sebagai sebuah bentuk pendidikan Islam alternatif, dalam perspektif ini,
sesungguhnya makin mengukuhkan dikotomi pendidikan itu.
Pendidikan yang sekuler-materialistik ini memang bisa melahirkan orang
yang menguasai sainsteknologi melalui “pendidikan umum” yang diikutinya, tapi
pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan
penguasaan tsaqofah Islam. Mereka yang belajar di lingkungan “pendidikan agama”, memang menguasai
tsaqofah Islam dan secara relatif sisi kepribadiannya tergarap baik, tapi di
sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya,
sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan dan jasa) diisi oleh
orang-orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti
agama terkumpul di dunianya sendiri (madrasah, dosen/guru agama, depag), tidak
mampu terjun di sektor modern.[21]
Pendidikan sekuler-materialistik juga memberikan kepada siswa suatu basis
pemikiran yang serba terukur secara material.Disadari atau tidak, berkembang
penilaian bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang
telah ditanam.Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan,
kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah
dikeluarkan.Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual.Nilai
transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan sebagai standar
penilaian sikap dan perbuatan.Tempatnya telah digantikan oleh etik yang pada
faktanya bernilai materi juga.
Jadi, dalam
hubungannya sekularisasi bisa menjangkau dan memasuki ranah
pendidikan. Seperti adanya kurikulum pendidikan sekolah di Indonesia, terasa
sekali ada sekularisasi atau pemisahan agama. Pelajaran agama hanya diberi waktu dua
jam per minggu.Sekularisasi pendididikan bertujuan untuk menjadikan pendidikan
dan pengajaran sebagai sarana menyebarkan pemikiran sekuler, dengan cara-cara
antara lain:
a.
Menghembus-hembuskan pemikiran sekuler
dalam mata pelajaran yang diberikan kepada anak-anak didik dalam berbagai
tingkatannya.
b.
Berusaha keras mengulur-ulur mata
pelajaran agama pada saat-saat yang tidak menguntungkan bagi anak-anak didik.
c.
Tabu mengajarkan beberapa nash atau
dalil tertentu, karena dipandang meng-ungkapkan kebatilan mereka secara nyata.
d.
Merubah nash-nash syar’i melalui
komentar dan penafsiran yang dimanipulasi dan dikebiri sehingga nampak
seakan-akan mendukung pikiran sekuler atau setidak-setidaknya tidak
bertentangan.
e.
Mencegah pengaruh para guru yang
konsisten dan taat pada ajaran agama agar tidak menjadi anutan para siswa,
dengan cara mempercepat proses pensiun sang guru atau menggesernya ke bagian
administrasi dan ketatausahaan.
f.
Menjadikan pelajaran agama sebagai mata
pelajaran penunjang saja yang senantiasa ditempatkan pada bagian akhir waktu di
saat para siswa sudah letih jasmani dan rohaninya serta sudah diliputi perasaan
ingin cepat pulang.
3.
Contoh
Sekulerisasi Dalam Pendidikan
Adanya
sistem pendidikan produk Belanda yang merupakan hasil adopsi dari
sistem pendidikan Barat telah menjadi acuan sistem
pendidikan sekarang ini.Apabila diterawang lebih dalam lagi, bahwasannya jika
bangsa ini telah teradopsi dengan sistem
pendidikan Barat maka oramg-orang yang pada mulanya menganut sistem
pendidikan lainnya, tentulah adanya
keinginan untuk kembali kepada sistem
pendidikan yang dulu pernah ada.Disebabkan kolonialisme Belanda yang telah lama
selama 350 tahun, akhirnya system pendidikan yang merupakan produk Barat jadi karakter bangsa ini. Selain itu juga,
para pelajar-pelajar Indonesia yang waktu itu telah berpendidikan karena adanya
politik Balas Budi dari pihak Belanda telah dicekoki dengan paham-paham barat
yang lebih mengedepankan material sehiingga menghasilkan pelajar-pelajar bangsa
ini yang sekuler.
Dengan
memasukan paham-paham Barat pada pola pikir anak
bangsa ini, menjadikan mereka telah jauh dari sistem
pendidikan Indonesia yang “sebenarnya” yang merupakan warisan dari nenek moyang
bangsa ini. Para intelektual muda Indonesia saat itu bahkan saat ini juga telah
lupa pada jati diri bangsanya. Sebetulnya, bangsa ini telah terkoyak dengan
peradaban bangsa Barat yang kebudayaannya jauh dari norma hidup pergaulan yang
baik untuk diterapakn pada diri bangsa Indonesia.
Penerapan
paham sekuler pada sistem pendidikan bangsa
Indonesia sebenarnya diterapkan oleh para intelektual bangsa ini sendiri yang
telah disetting oleh paham-paham dan system-sistem Barat.Maka, dapat
disederhanakan bahwa sekularisasi system pendidikan yang berada pada bangsa ini
bukan hanya sekedar “jasa” dari kaum penjajah tapi karena anak-anak bangsa ini
sendiri. Prosesnya dengan merubah cara pandang atau mainset anak-anak bangsa
ini ke dalam ideology Barat. Selanjutnya, akan dikatakan bahwa system
pendidikan sekarang ini telah ideal dengan adanya sekularisme (pemisahan agama
dalam pendidikan). Tapi, akibatnya dari sekularisasi pendidkan yang menjaadikan
agama sebagai sampingan dari pembentukan karakter sebagai tujuan pokok dari
adanya pendidikan.
Dengan
berubahnya arah pendidikan bangsa ini, membuat rakyat semakin
tertinggal. Paham-paham yang telah ditanamkan pada diri anak bangsa ini
hanya untuk mengubah paradigm berpikir bagaimana menciptakan ilmuwan-ilmuwan
yang handal dan pintar secara kognitif tanpa disertai dengan sikap kepintaran
spiritual yang kuat.Dalam artian hanya mementingkan untuk kepentingan dunia
semata tanpa memikirkan untuk akhirat kelak. Sistem
pendidikan ini menjadi tantangan untuk umat islam saat ini dalam memisahkan dikotomi
antara ilmu pengetahuan dengan agama agar terwujud sistem
pendidikan yang membentuk karakter manusia seutuhnya.
Oleh
karena itu, sekularisasi pendidikan
sekarang ini harus dihilangkan dari peradaban umat islam di Indonesia saat ini.
Kapanpun atau siapapun orang yang menghembuskan kembali sistem
sekuler pada sistem pendidikan ini perlu kita waspadai dan
perlu kita ingatkan agar sistem
pendidikan Indonesia yang sebenarnya dapat terwujud.
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, yaitu rahmat
bagi segenap umat menjadi sebuah pedoman dalam menjalankan kehidupan
termasuk dalam hal menuntut ilmu (tolabul ilmu). Ilmu menjadi acuan dalam memenuhi proses kehidupan ini
sebenarnya adalah dari Allah SWT. Seperti ilmu sains astronomi,
ekonomi/akuntansi dan ilmu penunjang lainnya yang dapat digunakan dalam
mempertahankan hidup.Ilmu juga merupakan instrument seorang manusia dalam
memperoleh derajatnya di hadapan manusia dan Allah SWT.
Al-Qur’an mengatur segala aspek kehidupan mulai dari
bangun tidur sampai kita tidur kembali.Manusia yang menjadi subjek hidup Allah
SWT harus dapat memikirkan gejala-gejala yang menjadi sunnatullah (ketentuan
dari Allah SWT).Terjadinya siang dan malam, panas dan hujan, gempa, gerhana dan
berbagai kejadian alam lainnya yang pada awalnya diklaim telah ditemukan bangsa
Barat itu merupakan kebohongan besar yang harus diluruskan oleh zaman
ini.Adanya Al-qur’an sebagai sumber ilmu menjadikan Islam sebagai agama
universal yang dapat meluruskan arah zaman agar menjadi kembali pada
kebenaranyang hakiki.
Ideologiislam
inilah yang akan menjadi pedoman ilmu untuk kita dalam memecahkan masalah
pendidikan yang kian hari semakin pelik saja. Dalam islam tidak adanya
pemisahan anatara ilmu dengan agama, keduanya harus dapat berjalan selaras,
sehingga menciptakan ilmuwan yang cerdas serta mempunyai jiwa sosial islam yang
dapat membawa isalm kembali pada peradaban.[22]
Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang
Berhubungan Dengan Pendidikan dan Sekularisasi
Ayat Al-
Quran yang berhubungan dengan pendidikan (Surat Al-Kahfi ayat 70).
tA$s%ÈbÎ*sùÓÍ_tF÷èt7¨?$#xsùÓÍ_ù=t«ó¡s?`tã>äóÓx«#Ó¨Lymy^Ï÷né&y7s9çm÷ZÏB#[ø.ÏÇÐÉÈ
Artinya :
(Dia
mengatakan, "Jika kamu ingin mengikuti saya, maka janganlah kamu
menanyakan kepada saya) Dalam satu qiraat dibaca dengan Lam berbaris fatah dan
Nun bertasydid (tentang sesuatu) yang kamu ingkari menurut pengetahuanmu dan
bersabarlah kamu jangan menanyakannya kepadaku (sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu)" hingga aku menuturkan perihalnya kepadamu
berikut sebab musababnya. Lalu Nabi Musa menerima syarat itu, yaitu memelihara
etika dan sopan santun murid terhadap gurunya.
Hadits yang
berhubungan dengan pendidikan
حَدَّثَنَا
الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ
جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ
مَنْ يَمُوتُ وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ
(رواه أبو داو(
Artinya :
Menceritakan kepada kamiAl-Qa’nabi dari Malik dari Abi
Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda :
“Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang
sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi
menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)
Ayat Al- Quran yang berhubungan dengan sekulerisasi
(#þqßJn=ôã$#$yJ¯Rr&äo4quysø9$#$u÷R9$#Ò=Ïès9×qølm;ur×puZÎur7äz$xÿs?uröNä3oY÷t/ÖèO%s3s?urÎûÉAºuqøBF{$#Ï»s9÷rF{$#ur(È@sVyJx.B]øxî|=yfôãr&u$¤ÿä3ø9$#¼çmè?$t7tR§NèOßkÍkuçm1utIsù#vxÿóÁãB§NèOãb8qä3t$VJ»sÜãm(ÎûurÍotÅzFy$#Ò>#xtãÓÏx©×otÏÿøótBurz`ÏiB«!$#×bºuqôÊÍur4$tBuräo4quysø9$#!$u÷R$!$#wÎ)ßì»tFtBÍrãäóø9$#ÇËÉÈ
Artinya :
Ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya
mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) adaazab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia Ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Hadits yang berhubungan dengan sekulerisasi
عَنْ سَهْلِ
بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ
اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».
Artinya:
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada
seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku
melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah
pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia,
manusia pun akan mencintaimu.”(HR. Ibnu Majah dan selainnya.An Nawawi
mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan).
C. ANALISIS DAN DISKUSI
1. Analisis
Menurut Avika,
berdasarkan penjelasan di atas dapat di analisis bahwasannya sekularisasi
adalah proses yang tak mungkin dihindari sebagai bagian dari proses modernisasi
dalam kehidupan masyarakat, sedangkan sekularisme adalah paham yang berkembang
sebagai respon manusia atas perkembangan kehidupan politik dalam masyarakat. Sekularisme
kita perlukan karena kehidupan semakin beragam dan terus berkembang sedemikian
rupa.Dengan sekularisme, masyarakat dapat mencari jawaban atas segala macam
persoalan di sekitarnya dengan pendekatan rasional.
Menurut
Afida, hubungan pendidikan dengan sekularisasi
dasarnya terkait dalam pengertian proses, sangat terkait dengan the idea of
progress dan, terutama, kemajuan pendidikan , the rise if education, bukan lagi
Negara. Negara hanya sebagai fasilitator.Modernisasi terkait dengan pendidikan.
Kalau pendidikannya tidak bergerak, maka sekularisasi juga otomatis akan sulit
berkembang. Semangat yang melatarbelakangi sekularisme adalah semangat
pembebasan.Karenanya sekularisme justru menyelamatkan agama itu sendiri.
Sekulerisasi di bidang pendidikan menciptakan generasi- generasi yang gagal
melahirkan pribadi- pribadi mulia dan sekaligus mampu menguasai Ilmu, Pengetahuan
dan Teknologi secara bersamaan, sebaliknya hanya mampu menciptakan generasi -
generasi yang memanfaatkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan.
Menurut
Ilham, secara formal kelembagaan yang dibawah kontrol
Departemen Pendidikan Nasional, berada pada domain yang kurang tersentuh nilai-
nilai agama (Islam) nilai yang disajikan hanya berupa etika moral (ethic) yang
tidak bersandar/ berlandaskan islam. Adanya ini menyebabkan kekaburan hukum Islam pada IPTEK yang sedang dipelajari, hingga akhirnya menghasilkan
generasi yang kurang handal dalam kehidupan bermasyarakat.penting dalam suatu
peradaban Barat, terbukti agama mengalami pasang surut, tenggelam dibawah arus
kedua kekuatan sejarah tersebut.
2. Diskusi
D. KESIMPULAN
1.
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya
yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, cipta, dan hati nurani) dan jasmani (panca
indra serta keterampilan).Pendidikan
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Secularisme
adalah suatu paham yang memiliki tujuan dan sikap pandang hanya dalam batas
keduniawian dan tidak mengenal keakheratan.
2.
Hubungannya sekularisasi bisa menjangkau dan
memasuki ranah pendidikan. Seperti adanya kurikulum pendidikan sekolah di
Indonesia, terasa sekali ada sekularisasi atau pemisahan agama. Pelajaran agama hanya
diberi waktu dua jam per minggu.Sekularisasi pendididikan bertujuan untuk
menjadikan pendidikan dan pengajaran sebagai sarana menyebarkan pemikiran
sekuler, dengan cara-cara antara lain:
a.
Menghembus-hembuskan pemikiran sekuler
dalam mata pelajaran yang diberikan kepada anak-anak didik dalam berbagai
tingkatannya.
b.
Berusaha keras mengulur-ulur mata
pelajaran agama pada saat-saat yang tidak menguntungkan bagi anak-anak didik.
c.
Tabu mengajarkan beberapa nash atau
dalil tertentu, karena dipandang meng-ungkapkan kebatilan mereka secara nyata.
d.
Merubah nash-nash syar’i melalui
komentar dan penafsiran yang dimanipulasi dan dikebiri sehingga nampak
seakan-akan mendukung pikiran sekuler atau setidak-setidaknya tidak
bertentangan.
e.
Mencegah pengaruh para guru yang
konsisten dan taat pada ajaran agama agar tidak menjadi anutan para siswa,
dengan cara mempercepat proses pensiun sang guru atau menggesernya ke bagian
administrasi dan ketatausahaan.
f.
Menjadikan pelajaran agama sebagai mata
pelajaran penunjang saja yang senantiasa ditempatkan pada bagian akhir waktu di
saat para siswa sudah letih jasmani dan rohaninya serta sudah diliputi perasaan
ingin cepat pulang.
3. Penerapan paham
sekuler pada sistem pendidikan bangsa Indonesia sebenarnya diterapkan
oleh para intelektual bangsa ini sendiri yang telah disetting oleh paham-paham
dan system-sistem Barat. Maka, dapat disederhanakan bahwa sekularisasi system
pendidikan yang berada pada bangsa ini bukan hanya sekedar “jasa” dari kaum
penjajah tapi karena anak-anak bangsa ini sendiri. Prosesnya dengan merubah
cara pandang atau mainset anak-anak bangsa ini ke dalam ideology Barat.
Selanjutnya, akan dikatakan bahwa system pendidikan sekarang ini telah ideal
dengan adanya sekularisme (pemisahan agama dalam pendidikan). Tapi, akibatnya
dari sekularisasi pendidkan yang menjaadikan agama sebagai sampingan dari
pembentukan karakter sebagai tujuan pokok dari adanya pendidikan.Dengan
berubahnya arah pendidikan bangsa ini, membuat rakyat semakin tertinggal. Paham-paham
yang telah ditanamkan pada diri anak bangsa ini hanya untuk mengubah paradigm
berpikir bagaimana menciptakan ilmuwan-ilmuwan yang handal dan pintar secara
kognitif tanpa disertai dengan sikap kepintaran spiritual yang kuat. Dalam
artian hanya mementingkan untuk kepentingan dunia semata tanpa memikirkan untuk
akhirat kelak. Sistem pendidikan ini menjadi tantangan untuk
umat islam saat ini dalam memisahkan dikotomi antara ilmu pengetahuan dengan
agama agar terwujud sistem pendidikan yang
membentuk karakter manusia seutuhnya.
DAFTAR RUJUKAN
·
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Bulai Pustaka, 1982.
·
Peter Salim dan
Salim Yenny, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991.
·
Webster’s students dictionary
,american book company, 1962.
·
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, Malang:
Ghalia Indonesia, 2002.
·
Ranchman Budhy
Munawar, Argumen Islam untuk Sekularisme, Jakarta: PT Grasindo, 2010.
·
Maksum, sekularisme&
JIL, Semarang: walisongo Press, 2009.
·
Mustofa Bisri &
Elisa Vindi Maharani, Kamus Lengkap
Sosiologi, Yogyakarta:Panji Pustaka, 2008.
·
Fanani Achmad, Kamus Istilah Populer, Yogyakarta: Nitra
Pelajar,2009.
·
Padil
Muhammaddan, Suprayitno
Triyo, Sosiologi Pendidikan, UIN Press,
2007.
·
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Penerapan,
Jakarta: PT Bumi Aksara,2002.
·
Odea Thomas F, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
·
http:/kompasiana.blogspot.com/2012/10/awas!!!sekulerisasi
kianmenggurita, html.
[1]Poerwadarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Bulai Pustaka, 1982), 250.
[2]Peter
Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), 353.
[4] Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Malang: Ghalia Indonesia 2002) 64.
[5] Maksum, Islam, sekularisme
& JIL (Semarang: walisongo Press, 2009), 13.
[6]Bisri Mustofa & Elisa Vindi
Maharani, Kamus Lengkap Sosiologi, (Yogyakarta;
Panji Pustaka, 2008), 282.
[7] Achmad Fanani, Kamus Istilah Populer, (Yogyakarta:
Nitra Pelajar,2009), 350.
[8] Muhammad Ali, Definisi Pendidikan menurut ahli, secara bahasa dan terminologis, 2012, diakses dihttp://semangatinspirasi.blogspot.com/2012/10/definisi-pendidikan-menurut-ahli-secara.html pada tanggal 23 Pebruari 2013 pukul 09.57 WIB.
[9] Muhammad Padil dan Triyo Suprayitno, Sosiologi
Pendidikan, UIN Press, 2007, hal 3.
[10] Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan
Perbandingan, (Yogyakarta: Institut IKIP, 1985), 61
[11] Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM
Press, 2001), hal 229
[13] Muhammad Padil dan Triyo Suprayitno, Sosiologi
Pendidikan, UIN Press, 2007, hal 1
[14] Muhammad Padil dan Triyo Suprayitno, Sosiologi
Pendidikan, UIN Press, 2007, hal 1
[15]Budhy Munawar-Rachman, Argumen
Islam untuk Sekularisme (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 174. Lihat “Secularism”, Wikipedia, the free
encyclopedia.
[16]Budhy Munawar-Rachman, Argumen Islam untuk Sekularisme(Jakarta:
PT Grasindo, 2010), 71-73
[18] Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Penerapan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2002),178.
[19]Thomas F. Odea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada), 166.
[20]Rudi Haryanto.Sekulerisasi Kian Menggurita. 2012, diakses di http:/kompasiana.blogspot.com/2012/10/awas!!!sekulerisasi kian menggurita, html. 23 Pebruari 2013 pukul 09.57 WIB.
[21]Zulia Ilmawati, di http ://sekularisasi pendidikan ajian Umum Online.
html.Pada tanggal 25 pebruari
2013 pukul 9:22 WIB
[22]Mustad’afien,http://independensecurity.blogspot.com/2012/03/sekularisasi-sistem-pendidikan.html. Pada
tanggal 25 pebruari 2013 pukul 9:22 WIB
0 komentar:
Posting Komentar