PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Syukur
Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Alloh SWT karena kami diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Tak lupa pula ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada DR.H. Rasmianto, M.Ag yang telah membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Yang
terakhir kami ucapkan terimah kasih kepada seluruh anggota kelompok IV
yaitu Ria Nuzul Fahrudin ( 10130048), M.Syafi’ul Umam
( 10130047 ), Maulida Vihandayani ( 10130051 ) dan Indah Rohmatin (10130015) dari jurusan Pendidikan IPS yang telah bekerja sama demi
terselesaikannya makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah
ini berjudul “Bidang-bidang Manajemen Pendidikan Sekolah/Madrasah. Makalah ini
berisi tentang beberapa bidang manajemen yang dibahas dalam peroragnisasian
sekolah dan madrasah.
Seperti
pada pembahsan kelompok sebelumnya terkait manajemen. Kelompok kami lebih
mengkhusukan pada beberapa bidang manajemen yaitu: Manajemen Finansial,
Manajemen Pengembangan Kurikulum, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Hubungan
Masyarakat. Sebagai calon pendidik kita seharusnya memahami terkait beberapa
aspek dalam manajemen sekolah dan madrasah. Dalam kesehariaannya pendidik tidak
terlepas dari kegiatan mengenai bidang-bidang manajemen sekolah karena diantara
tugas guru juga sebaagai pengelola sekolah juga harus memahami hal tersebut.
Oleh karena itu makalah ini bisa dijadikan rujukan mengenai pembahsan terkait
bidang-bidang yang perlu dipahami dalam manajemen sekolah dan madrasah.
2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana konsep dasar bidang manajemen sekolah/madrasah?
b.
Bagaimana tujuan dan manfaat mempelajari bidang manajemen
sekolah/madrasah?
3.
Tujuan Pembahasan
a.
Ingin memahami konsep dasar bidang manajemen
sekolah/madrasah
b.
Ingin memahami tujuan dan manfaat bidang manajemen
sekolah/madrasah.
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN
FINANSIAL
Fungsi keuangan dalam banyak organisasi berperan sebagai supporting
unit atau unit penunjang. Dalam organisasi termasuk lembaga pendidikan
islam dalam berbagai jenis dan karakteristiknya fungsi inipun tetap sama,
menunjang lancarnya kegiatan utama, yaitu melakukan proses pendidikan dan
pengajaran. Meski perannya ssebagai fungsi penunjang tetapi dalam praktiknya
pada organisasi-organisasi modern, ia dijadikan sebagai profit centre (fungsi yang menentukan
keuntungan perusahaan).
Dalam bagian ini ada beberapa materi yang di anggap penting sebagai
dasar pengetahuan tentang manajemen keuangan. Materi-materi itu antara lain: pertama,
konsep manajemen keuangan, peran yang harus dijalankan, kedua, budgeting
(anggaran), ketiga, kegiatan investasi (capital budgeting), dan keempat,
pengendalian keuangan (kas dan biaya).
1.
Konsep manajemen keuangan
Manajemen keuangan diartikan sebagai pengelolaan atas fungsi-fungsi
keuangan, yaitu fungsi bagaimana pihak manajemen mampu menghimpun dana (raising
or funds) dan mengalokasikan (allocation of funds) dana tersebut
sehingga tujuan perusahaan tercapai secara efektif dan efisien. Jika pengertian
tersebut diaplikasikan dengan lembaga pendidikan islam, maka manajemen keuangan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana pimpinan lembaga
pendidikan tersebut menghimppun dana dan mendistribusikannya sehingga tujuan
lembaga dapat tercapai secara tepat asass dan tepat guna..
Pada prinsipnya manajemen keuangan memiliki fungsi dasar, yaitu
menghimpun dana lembaga pendidikan dan mendistribusikannya untuk menopang senua
kegiatan lembaga sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efisien. Dalam hal menghimpun dana (raising fund), dana pada dasarnya
dapat digali dari dua sumber, yaitu yang berasal dari dalam lembaga sendiri
(intern) atau melalui pihak luar (ekstern). Dari dalam bersumber dari hasil jasa
yang diberikan berupa SPP, uang pangkal (gedung), bunga deposito dan akumulasi
penyusutan, baik gedung lembaga maupun peralatan. Sedangkan dana yang berasal
dari pihak luar bisa berupa sumbangan dari yayasan, pinjaman dari perbankan
atau jenisnya, pinjaman dari rekanan dan sebagainya.
Dana yang telah dihimpun perlu didistribusikan seara efektif dan
efisien keseeluruh bagian lembaga pendidikan, tanpa kecuali. Alokasi dana ini
secara garis besar dapat dibedakan menjadi pengeluaran operasional atau pendapatan
(rivenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure).
Pengeluaran operasional merupakan semua pengeluaran yang dilakukan untuk semua
kegiatan yang mendukung proses kegiatan mengajar, seperti gaji kepala sekolah,
gaji guru baik tetap maupun tidak tetap, penyusutan aktiva tetap, biaya listrik
dan telepon dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran modal merupakan semua
pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai barang modal (aktiva tetap), sepert
membeli tanah, membangun gedung dan membeli peralatan sekolah.
2.
Anggaran
Dalam merealisasikan tujuan lembaga maupun program-program yang
telah direncanakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang memerlukan sumber
daya yang menyangkut kemampuan manusia dan kesediaan dana. Untuk itu perlu
dibuat anggaran atau cash forcast yang akan memungkinkan seorang manajer
mengetahui seberapa besar dana yang harus tersedia dalam melaksanakan tiap
program tersebut.
Menyusun
anggaran merupakan salah satu tugas rutin seorang manajer selain melaksanakan
fungsi koordinasi, pengarahan, dan pengawasan. Dengan demikian menyusun
anggaran adalah membuat rencana kerja dan hasil yang akan dicapai yang
sekaligus dikonversi dalam besaran rupiah. Secara ssederhana menyusun anggaran
identik dengan menyusun pendapatan dan pengeluaran.
Melalui anggaran yang disuusn dalam rencana kegiatan, memungkinkan
pimpinan organisasi mengetahui perihal berikut : Memastikan tujuan organisasi, Posisi
kas, kebutuhan dana, biaya dan pendapatan, Kegiatan mana yang menjadi prioritas
jangka pendek, sedang dan panjang, Hasil yang ingin dicapai, Melakukan evaluasi
atas kinerja yang telah dicapai, Membangun sistem pengendalian, Memotivasi
karyawan, Menyediakan kerangka untuk pertanggungjawaban (responsibility)
Adapun macam-macam anggaran secara garis besar dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu anggaran kas (cash budgeting) dan anggaran
kapital (capital budgeting).
a. Anggaran Kas
Anggaran kas merupakan proyeksi tentang penerimaan dan pengeluaran
lembaga. Proyeksi penerimaan berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh
selama periode tertentu, sementara proyeksi pengeluaran merupakan biaya untuk
mendukung jalannya operasi dimasa datang. Oleh karena berisi penerimaan dan
pengeluaran, anggaran kas ini sering disebut sebagai anggaran operasional.
Pada umumnya isi anggaran kas dapat dibedakan dalam dua bagian :
Ø Estimasi penerimaan-penerimaan kas, berasal
dari uang SPP, uang gedung, sumbangan-sumbangan wali siswa lainnya.
Ø Estimasi pengeluaran kas, yang digunakan untuk
: membayar gaji kepala sekolah, gaji guru tetap dan tidak tetap, membeli
alat-alat tulis (ATK), fotocopi, membayar telepon dan listrik dan sebagainya.
b.
Anggaran Kapital
Anggaran kapital pada dasarnya sama dengan anggaran kas. Bedanya
jika dalam anggaran kas yang di perkirakan pengeluaran untuk kegiatan yang
menunjang kegiatan operasional organisasi, sedangkan dalam anggaran kapital
yang diproyeksikan pengeluaran untuk mendapatkan harta usaha seperti pembelian
tanah, embangunan gedung, pembelian peralatan sekolah (komputer, meja, kursi
dan almari). Oleh karena itu, pengeluaran yang ada dalam anggaran kapital
biasannya nilainya lebih besar dan manfaatnya lebih drai satu periode
pembukuan. Bahkan tidak jarang ada yang sampai 20 tahun. Untuk menyusun
anggaran kapital diperlukan perhitungan-perhitungan yang cukup rumit.
3.
Kegiatan Investasi (Capital Budgeting)
Investasi adalah pengeluaran dalam rangka mendapatkan keuntungan di
masa depan. Dengan demikian semua pengeluaran yang mempunyai tujuan untuk
mendapatkan keuntungan setelah dana itu tertanam dapat di katakan sebagai
investasi.
Pengeluaran dalam investasi dibedakan antara pengeluaran pendapatan
(renenue expenditure) dan pengeluaran kapital (capital expenditure).
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembiyaan kegiatan operasional lembaga. Pengeluaran yang termasuk
kelompok ini antara lain:(Gaji kepala sekolah, Gaji guru tetap dan tidak tetap,
Biaya listrik dan telepon, Biaya ATK, dan Biaya administrasi dan umum
Ciri lain investasi untuk pengeluaran pendapatan adalah perputaran
dana cepat atau hasil dari pengeluaran itu diharapkan akan kembali dalam waktu
dekat (kurang dari satu tahun).Pengeluaran kapital adalah pengeluaran dalam
rangka perolehan barang-barang modal. Yang termasuk kategori ini adalah antara
lain:(Renovasi gedung sekolah, Pembangunan gedung baru, dan Pengadaan peralatan
sekolah komputer, lab.bahasa dan alat praktikum)
Ciri dari pengeluaran kapital adalah dana yang terserap besar dan
dana itu akan kembali membutuhkan waktu lama (lebih dari satu tahun). Sebab
itu, keputusan untuk melakukan investasi harus dilakukan scara berhati-hati dan
dipikirkan secara cermat. Sebab, jika tidak dana yang sudah tertanam akan sulit
kembali, dan jika ini terjadi maka lembaga menghadapi masalah keuangan yang
cukup sulit.
4.
Pengendalian Kas daan Biaya
a. Pengendalian Kas
Kas adalah harta yang berupa uang tunai (kertas dan logam) dan
surat-surat yang memiliki sifat seperti uang ayng dapat dipergunakan setiap
saat untuk melakukan pembayaran-pembayaran sesuai yang dikehendaki.
Agar kas dalam suatu lembaga pendidikan memenuhi fungsinya perlu
dilakukan pengendalian kas. Pengendalian kas dalam sebuah lembaga pendidikan
perlu dilakukan secara sistemik dengan membuat aturan atau prosedur
pengendalian kas. Tujuan dilakukan pengendalian kas utamanya agar tidak terjadi
kebocoran dan dapat mengoptimalkan efektifitas kegiatan lembaga. Pengendalian
kas ini dilakukan semenjak terjadi penerimaan kas sampai saat kas digunakan.
b. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya
pada dasarnya merupakan pengendalain terhadap semua pengeluaran sumber daya organisasi
dalam rangka menghasilkan suatu produk, sebab itu pengendalian biaya dilakukan
untuk semua fungsi dan kegiatan lembaga pendidikan. Pengendalian biaya
dilakukan untuk menciptakan pengeluaran biaya yang efisien. Efisien bukan
berarti menekan pengeluaran semaksimal mungkin, sebab jika ini terjadi kegiatan
akan terhenti dan produk tidak akan pernah dihasilkan, akibatnya lembaga akan
merugi. Sebab itu, dalam pengertiannya yang benar, efisien mengacu pada biaya
yang lebih proposional, artinya dengan biaya yang wajar dapat menghasilkan
produk yang lebih baik.
B.
Manajemen Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sering dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran yang
harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Ada pendapat lain
mengenai kurikulum menurut (Olivia, 1984: 259) kurikulum adalah seperangkat
pengalaman anak dibawah bimbingan sekolah. Suryobroto mengatakan “kurikulum
adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah / madrasah
kepada seluruh anak didiknya, baik yang dilakukan didalam maupun diluar
sekolah/madrasah”.(Suryobroto, 2004:32). Pandanngan ini mengandung makna bahwa
kurikulum memiliki aspek yang sangat luas, bahwa apapun yang dapat memberikan
pengalaman belajar positif bagi peserta didik, baik berupa bahan pelajaran,
kondisi lingkungan sekolah, figur guru, pola interaksi antar personal dan
kultur yang ada disekolah/madrasah, dapat dinamakan kurikulum.
Menurut Glatthorn (1987), kurikulum dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a)
Kurikulum yang direkomendasikan
b)
Kurikulum yang tertulis (written curriculum),
c)
Kurikulum yang didukung(supported curriculum
d)
Kurikulum yang diajarkan (taught curriculum)
e)
Kurikulum yang diujikan (tested curriculum)
f)
Kurikulum yang dipelajari( learned curriculum)
g)
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Pengembangan kurikulum menjadi tangung jawab bersama, terutama
kepala sekolah dan guru sebagai pelaksana kurikulum. Bagi kepala sekolah, lebih
diarahkan pada tugas supervisi, pengarah, partisipan, yang diarahkan pada
perancangan dan perencanaan kembali petunjuk-petunjuk, termasuk pengembangan
spesifikasi yang menunjukan apa yang harus diajarkan, oleh siapa, kapan,
dimana, dan dalam urutan atau pola seperti apa. Sementara bagi guru tugas dan
tangungjawabnya lebih pada pengembangan bahan dan proses pembelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum perlu dipahami dan diperhatikan
konsep, prinsip-prinsip, dan kerangka dasar dalam implementasi kurikulum.
1.
Konsep pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang penting dari program
pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan
pelajaran melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan
kurikulum juga menyangkut banyak faktor, diantaranya : mempertimbangkan isu-isu
mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, serta apa
tujuan dan kepada siapa kurikulum itu ditujukan. Sehingga pengembangan
kurikulum dapat diartikan sebagai proses yang mengkaitkan satu komponen
kurikulum dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik
(Subandijah, 1993: 36)
Pada umumnya para ahli kurikulum memandang bahwa pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yakni suatu siklus
meliputi komponen tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi.
Siklus tersebut menunjuk bahwa pengembangan kurikulum merupakan
konsep yang komprehensif meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Olivia, 1982). Selanjutnya Miller dan Seller melukiskan orientasi menyangkut
tujuh aspek, yaitu: perilaku, disiplin, mata pelajaran, masyarakat,
pengembangan proses kognitif, humanistik, dan transpersonal. Orientasi
menyangkut pula enam isu pokok yaitu
a.
Tujuan pendidikan menunjukan arah kegiatan
b.
Konsepsi tentang anak, pandangan mengenai anak apakah sebagai
pelaku yang aktif atau pasif
c.
Konsensi tentang proses belajar, menyangkut aspek transpersonal
kehidupan batin anak dan perubahan tingkah
laku
d.
Konsepsi tentang lingkungan; pengaturan lingkungan untuk memperlancar
dan mempermudah belajar.
e.
Konsepsi tentang peranan guru; apakah lebih otoritatif, direktif,
atau sebagai fasilitator
f.
Bagaimana belajar dievaluasi; apakah mengacu pada tes,
eksperimentasi atau bersifat terbuka
2.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan agama islam
Sebelum masuk dalam prinsip perlu memperhatikan mengenai
perencanaan kurikulum. Perencanaan kurikulum berkaitan dengan pengalaman anak,
bahan dan proses, isu global dalam masyarakat, menyangkut beberapa kelompok
seperti guru, pemerintah dan tokoh masyarakat.
Sementara itu Subandijak (1993), mengatakan bahwa prinsip
pengembangan kurikulum meliputi:
a.
Relevansi. Relevansi berarti kesesuaian atau keserasian pendidikan
dengan tuntutan masyarakat. Prinsip relevansi meliputi hal-hal seperti:
relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik, dengan
kehidupan sekarang dan yang akan datang, dengan tuntutan dunia kerja, dan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Prinsip efektivitas dan efisiensi. Efektivitas atau keefektifan
dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau
diinginkan dapat dilaksanakan atau dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan
keefektifan mengajar guru, maka ia terkait dengan dengan sejauh mana kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan. Keefektifan belajar
peserta didik berkaitan dengan sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan
telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar. Sedangkan prinsip efisien jika
tenga, biaya, dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran
tersebut dapat merealisasikan hasil yang optimal.
c.
Prinsip kesinambungan. Kurikulum sebagai wahana belajar yang
dinamis perlu dikembangkan terus menerus dan berkesinambungan. Kesinambungan
dalam pengembangan kurikulum menyangkut adanya kesinambungan antara berbagai
tingkat dan jenis program pendidikan.
d.
Prinsip fleksibilitas. Prinsip ini menunjukan bahwa kurikulum
adalah tidak kaku. Tidak kaku dalam artian bahwa ada semacam ruang gerak yang
memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Dalam hal ini harus diperhatikan
perbedaan individual peserta didik. Fleksibilitas dapat berupa kebebasan dalam
memilih program pendidikan, dan kebebasan dalam mengembangkan program
pengajaran.
e.
Prinsip berorientasi pada tujuan. Tujuan merupakan kriteria yang
harus dipenuhi dalam pemilihan dan kegiatan serta pengalaman belajar agar hal
itudapat dicapai secara efektif dan fungsional. Prinsip berorientasi pada
tujuan berarti bahwa sebelum bahan ditentukan maka langkah pertama dilakukan
oleh guru adalah menentukan tujuan terlebih dahulu.
3.
Kerangka Dasar Pengembangan Kurikulum
a.
Perencanaan
Dalam proses
perencanaan, pembina kurikulum/ guru mulai dengan mengembangkan pedoman atau
penetapan bahan untuk kurikulum sekolah yang meliputi:
1)
Menetapkan tujuan; tujuan mencerminkan semua posisi posisi
kurikulum
2)
Identifikasi bahan yang cocok; pembina kurikulum menetapkan bahan
yang cocok dan menetapkan kriteria untuk itu. Pandangan dari sudut agama islam
(al-Qur’an dan al-Hadist), filosofis, psikologis, orientasi sosial, minat
siswa, dan manfaat bahan dapat digunakan sebagai kriteria pokok
3)
Pemilihan strategi belajar mengajar; strategi belajar mengajar
dapat dengan berbagai kriteria meliputi orientasi, tingkat kesulitan,
pengalaman guru, dan minat siswa.
b.
Implementasi/Pelaksanaan
Implementasi
sering kurang diperhatikan olah ahli-ahli kurikulum. Kurikulum dapat mengalami
perubahan dalam tiga tingkat, yaitu:
1)
Bahan: menggunakan alat pelajaran baru, bahan yang direvisi atau
teknologi pendidikan
2)
Strategi atau pendekatan mengajar: praktek, kegiatan yang baru oleh
guru.
3)
Keyakinan atau pandangan: asumsi-asumsi, teori baru sesuai dengan
perkembangan masyarakat, politik dan sebagainya. Perubahan menyangkut pula
proses, individu yang dilibatkan, peranan yang baru diadaptasi, fasilitas, nilai
etik dan tangungjawab profesional. Tujuan implementasi tidak hanya
melaksanankan sesuatu tetapi mengembangkan kemampuan sekolah, sistem sekolah,
perkembangan individu untuk mampu memprotes, inovasi dan revisi.
Implementasi yang efektif sukar terjadi karena implementasi
berlangsung dalam lingkungan yang kompleks, sistem sekolah, pola struktur yang
telah dikembangkan sebelumnya lama sekali. Implementasi merupakan suatu proses
bukan produk, menyangkut kerja sama, berbagai pengalaman, dan rasa ikut ambil bagian.
c.
Evaluasi
Prosedur
evaluasi kurikulum meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi
merupakan suatu proses yang kontinu dimana sejumlah data dikumpulkan dan
dipertimbangkan untuk meningkatkan kurikulum lebih lanjut.
C.
MANAJEMEN AKTIVITAS SISWA
Para kepala sekolah, guru, dan
tenaga profesional yang lain harus menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah
adalah menyediakan program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan masyarakat serta kepentingan
individu para siswa. Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, oleh
sebab itu para siswa harus dilibatkan secara aktif dan tetap, tidak hanya di
dalam proses belajar mengajar, melainkan juga didalam kegiatan sekolah yang
lainya.
Pembinaan atau manajemen aktifitas
siswa di artikan sebagai usaha atau kegiatan memberikan
bimbingan,arahan,pemantapan,peningkatan,arahan terhadap pola pikir ,sikap
mental,perilaku serta minat, bakat dan ktrampilan siswa, melalui program exstra
kurikuler dalam mendukung keberhasilan program kurikuler.
Berdasarkan rumusan di atas,
pembinaan kesiswaan merupakan bagian integral dari kebijakan pendidikan dan
berjalan searah dengan program kurikuler. Dalam program kurikuler siswa lebih
ditekankan kepada kemampuan intelektual yang mengacu kepada kemampuan berfikir
rasional, sistematik, analitik,dan metodis. Sedang program pembinaan kesiswaan
melalui exstra kurikuler, disamping untuk mempertajam pemahaman terhadap
keterkaitan dengan mata pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan kurikuler,
para siswa juga dibina kearah mantapnya pemahaman, kesetiaan dan pengamalan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa, watak dan
kepribadian bangsa, berbudi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara,
ketrampilan dan kemandirian, olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi,
dan kreasi seni.
Tujuan kegiatan siswa, menurut mckown
dan garton (1976:321), adalah:
1.
Membantu semua siswa belajar bagaimana menggunakan waktu luang
mereka secara bijaksana.
2.
Membantu semua siswa meningkatkan dan memanfaatkat secara
konstruktif bakat-bakat dan ketrampilan unik yang mereka miliki.
3.
Membantu semua siswa mengembangkan minat dan bakat dan ketrampilan rekreatif baru.
4.
Membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif
terhadap nllai kegiatan rekreatif.
5.
Membantu semua siswa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
mereka dalam fungsinya sebagai pemimpin
dan/ anggota kelompok.
6.
Untuk membantu semua siswa untuk mengembangkan sikap yang lebih
realitis dan positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
7.
Membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif tehadap
sekolah, sebagai hasil partisipasi dalam
program kegiatan siswa.
Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai strategis, di samping sebagai
faktor penentu keberhasilan sumber daya manusia masa depan, sasaranya adalah
anak sekolah usia sekitar 6-18 tahun, suatu tingkan perkembangan usia anak,
dimana secara psikis dan fisik anak sednag mengalami pertumbuhan, suatu periode
usia yang di tandai dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil, agresivitas yang
tinggi dan mudah di pengaruhi oleh lingkungan.
Oleh sebab itu, pembinaan anak usia sekolah yang di dalamnya mengandung berbagai nilai perlu dilaksanakan
secara berstruktur dan berkelanjutan. Nilai-nilai yang ada dalam pembinaan
tersebut,seperti: peningkatan mutu gizi, peningkatan perilaku beragama dan
perilaku terpuji, penanaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian,
peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan rasa kreasi, penumbuhan
kesadaran akan hidup bermasyarakat, serta kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Nilai-nilai tersebut perlu di kembangkan dalam pembinaan kesiswaan
secara terstruktur dan terkoordinasi dengan baik.
D. Manajemen Hubungan Masyarakat
1. Hakikat Humas dalam Pendidikan Islam
Hubungan
masyarakat (public relation) didefinisikan sebagai seni dan ilmu, untuk
menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensi, menasehati
para pemimpin organisasi dan melaksanakan program yang terencana mengenai
kegiatan-kegiatan yang melayani, baik kepentingan organisasi maupun kepentingan
publik.definisi tersebut didefinisikan dalam The statement of Mexico (Rosadi
Ruslan,1998
Pakar
humanis internasional, Cultip, merumuskan fungsi humas sebagai berikut:
a. Menunjang aktifitas utama nenejemen
dalam mencapai tujuan bersama.
b. Membina hubungan harmonis antara
badan/organisasi dengan pihak publiknya, sebagai khalayak sasarannya.
c. Mengidentivikasi, opini, persepsi, dan
tanggapan masyarakat terhadap badan/ organisasi yang diwakilkannya atau
sebaliknya.
d. Melayani einginan publiknya dan
memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan manfaat bersama.
e.
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi,
publikasi, serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau terjadi
sebaliknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
Dari
definisi dan fungsi humas di atas, maka sekolah atau lembaga pendidikan sebagai
sebuah sistem sosial mutlak memerlukan public relation dalam rangka
membangun hubungan yang dinamis dan sinergis antara unsur-unsur yang melingkupi
sistem tersebut.
Masing-masing
unsur tersebut tentunya memiliki obsesi yang bermacam-macam dalam proses
penyelenggaraaan pendidikan, sebab itu fungsi utama public relation adalah
berusaha menyimak persepsi, visi dan misi, kemana dan bagaimana lembaga
pendidikan tersebut diarahkan.
Hubungan
lembaga pendidikan islam (LPI) dengan lingkungan internal dan eksternalnya
dapat digambarkan sebagai berikut:
LPI
(Ling. Internal)
|
Pemerintah
Daerah
|
Asosiasi
Profesi dan LSM
|
Persatuan
Orangtua Siswa
|
Dewan LPI
|
Masyarakat
Luas
|
Bahwa
pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat
(lihat UUSPN No.2, 1989), sebab itu diantara ketiganya harus dibangun hubungan
yang sinergis dalam pengmbangan pendidikan, harus ada kerjasama dan pengertian
serta mempunyai rasa memiliki (self of belonging) terhadap lembaga
pendidikan.
Bagaimana kita dapat
menciptakan hubungan yang sinergis antara lembaga pendidikan dengan orangtua
dengan masyarakat? Dalam hal ini pengelola lembaga pendidikan jangan hanya
menganggap orang tua sebagai customer tapi posisikan juga ia sebagai
manager dan juga sebagai partner. Dengan demikian, posisi orangtua dalam hal ini
ikut menentukan pengembangan lembaga pendidikan yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap perkembangan anaknya. Orangtua harus dilibatkan dalam pembuatan
kebijakan dan perencanaan dalam pendidikan, tidak hanya sekedar difungsikan
sebagai customer yang hanya menerima dan bersifat pasif. Maka dalam hal ini
fungsi humas adalah berusaha menciptakan komunikasi dan mengintegrasikan sikap
dan perbuatan kedua belah pihak. Secara internal pihak lembaga harus secara
efektif juga menjalankan humas kedalam (public internal) agar dapat
memenuhi harapan-harapan orangtua dan tujuan-tujuan bersama yang telah dibangun
sebagai hasil interaksi atau humas dengan orangtua dan masyarakat (public
external).
2. Peranan humas Bagi Lembaga Pendidikan
Islam (LPI) dan Masyarakat
Pengaruh
masyarakat terhadap lebaga pendidikan amatlah kuat, dan berpengaruh pula pada
individu-individu yang ada dalam lingkungan sekolah. Masyarakat yang melikupi
sekolah ini merupakan masyarakat yang kompleks, terdiri dari berbagai macam
tingkatan masyarakat yang saling melengkapi, unik, sebagai konsekuensi dari
latar belakang dimensi budaya yang beraneka ragam. Oleh karena itu, sangat
penting dan perlu program lembaga pendidikan untuk menghayati adanya hubungan
kerjasama antara sekolah dan masyarakat
Tujuan
humas dengan masyarakat setempat, adalah untuk memungkinkan orangtua dan warga
wilayah berpartisipasi aktif dan penuh arti dalam kegiatan pendidikan sekolah.
Hubunga tersebut mendorong orangtua terlibat kedalam proses pendidikan suatu
sekolah melalui kerjasama dengan para guru di dalam perencanaan program
pendidikan individual dari anak-anak mereka. Dengan demikian komunikasi dan
keterlibatan meningkat karena orangtua secara dekat bekerja sama dengan para
guru untuk memonitor perkembangan para siswa ke arah tercapainya nilai-nilai
pendidikan, sosial, kepribadian, dan karir dalam jangka pendek dan panjang.
3. Perencanaan
dan Strategi Program Hubungan Masyarakat
Perencanaan
dalam manajemen hubungan masyarakat (Humas) merupakan langkah awal yang
membutuhkan pemikiran mendalam sebelum dilakukan implementasinya. Perencanaan
program sebaiknya dilakukann berdasarkan pada assesment kebutuhan dan
analisis situasi LPI. Secara sitemik proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Desain
Program
|
Inisiasi
|
implementasi
|
evaluasi
|
Assesment
(Analisis)
-Kebutuhan
LPI
-Situasi
masyarakat (lingkungan)
|
Proses
perencanaan dan strategi program humas dapat dikatakan sebagai proses daur
program, proses tersebut tidak pernah berhenti dan selalu memperbarui yang
dimulai dari pengenalan kebutuhan, kemudian diikuti oleh perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan serta evaluasi dan kemudian kembali pada awal.
Perencanaan
Kegiatan (kajian potensi dan alternatif kegiatan)
|
Penjajagan
kebutuhan (kajian Masalah dan kebutuhan)
|
Pelaksanaan
kegiatan (sikap dan Perilaku)
|
Pemantauan
kegiatan (monitoring perkembangan)
|
Evaluasi
kegiatan (kajian hasil akhir program)
|
Kesimpulan
1.
Manajemen Finansial adalah mengatur keuangan. Dijadikan sebagai
profit center (yang menentukan keuntungan perusahaan). Konsep manajemen keuangan mampu menghimpun dana
(raising or funds) dan mengalokasikan (allocation of funds). Anggaran. Kegiatan
investasi, dan pengendalian (Kas dan Biaya).
2.
Manajemen pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum
merupakan bagian penting dari program pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang berkelanjutan, yakni suatu siklus meliputi komponen, bahan,
kegiatan, dan evaluasi. Kerangka dasar
pengembangan kurikulum (Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.
3.
Manajemen Aktivitas Siswa. Diartikan sebagai usaha atau
kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan, pola pikir,
sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan ketrampilan para siswa, melalui
program ekstra kulikuler.
4.
Manajemen Hubungan Masyarakat. Hubungan masyarakat adalah
hubungan lembaga dengan kepentingan publik (masyarakat). Fungsi Humas yaitu:
memberikan penerangan kepada masyarakat. Melakukan persuasi untuk mengubah
sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. Berupaya untuk mengintegrasikan
sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan
masyarakat atau sebaliknya.
Daftar
Rujukan
1.
Marno, M.Ag dan Triyo Supriyatno, S.Pd., M.Ag. 2008. Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung. PT Refika Aditama.
2.
Prof.Dr.H. Baharuddin, M.Pd.I dan Moh.Makin, M.Pd.I.
2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang. UIN PRESS
3.
Barnawi dan Mohammad Arifin. 2012. Etika dan Profesi
Kependidikan. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
4.
Drs. Zainal Arifin, M.Pd. 2011. Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar