Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Blogger news

Blogger templates

RSS

catatan perjalan menempuh S1

cacatan perjalanan menempuh S1

fungsi dan kontribusi sosiologi dalam berbagai bidang


B. POKOK BAHASAN

1. Pengertian Fungsi Sosiologi
            Objek dasar sosiologi adalah masyarakat, bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat ialah yang mempelajari struktur social, proses social, interaksi social yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan social serta pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.
Menurut Emile Durkheim, dia mengklasifikasikan pembagian sosiologi menjadi tujuh seksi
a.       sosiologi umum yang mencangkup kepribadian individu dan kelompok manusia
b.      sosiologi agama
c.       sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social, perkawinan dan keluarga
d.      sosiologi tentang kejahatan
e.       sosiologi tentang ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dankelompok kerja
f.       demogarafi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan
g.      dan sosiologi estetika
     Jadi fungsi dasar sosiologi sangat beragam, seperti yang telah di ungkapkan oleh Emile Durkheim yang telah membagi pembahasan sosiologi.
a.       Fungsi agama
Dalam bahasanya mengenai hal ini, Horton dan Hunt (1984:271-272)[1] membedakan antara fungsi manifest dan fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifest agama berkaitan dengan segi-segi doktrin, ritual, dan aturan perilaku dalam agama. Namun yang juga penting diketahui adalah fungsi laten agama. Dalam kaitan ini Durkheim terkenal karena pandangannya bahwa agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro pada tingkat mikro, menurut Durkheim.
Di sini nampak bahwa menurut Durkheim melalui komunikasi dengan Tuhannya orang yang beriman bukan hanya mengetahui kebenaran yang tidak diketahui orang kafir tetapi juga menjadi seseorang lebih kuat, sehingga menurutnya fungsi agama ialah untuk menggerakkan kita dan membantu kita untuk hidup.Di segi makro agama pun menjalankan fungsi positif karena memenuhi kebutuhan masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi cirri dan inti persatuan masyarakat tersebut.Melalui upacara-upacara agama yang dilakukan secara berjamaah maka persatuan dan kebersamaan umat dipupuk dan dibina.
Ada ahli sosiologi yang mengemukakan bahwa agama mempunyai disfungsi pula. Dikemukakan bahwa pertentangan yang membahayakan keutuhan masyarakat tidak jarang bersumber pada faktor agama. Konflik antara kaum katolik dan kaum protestan di Irlandia Utara, antara kaum Sikh dan kaum Hindu di Negara Bagian Punjab, antara kaum Muslim dan kaum Hindu di Ayodhya, antara orang Palestina yang beragama Islam dan orang Israel yang beragama Yahudi, antara kaum Kristen dan kaum Muslim di Nagomo-Karabach dan antara kaum Shiah dan kaum Sunni di Irak menunjukkan bahwa adanya agama berlainan atau aliran berbeda dalam agama yang sama dalam satu masyarakat dapat membahayakan keutuhan masyarakat tersebut. Dalam masyarakat kita sendiri telah kita lihat, misalnya, bahwa pertentangan berkepanjangan dalam pucuk pimpinan organisasi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah mengakibatkan pemisahan diri oleh sejumlah fraksi anggota dari campur tangan fihak keamanan dalam urusan internnya[2].     
b.      Agama dan Perubahan Sosial.
Para ahli sosiologi agama mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Ada yang berpendapat, misalnya, bahwa agama menghambat perubahan social.Pandangan ini tercermin dari ungkapan Marx bahwa ”agama adalah candu bagi rakyat”, menurutnya karena ajaran agamalah maka rakyat menerima saja nasib buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan.Pandangan ini ditentang ahli sosiologi lain, yang menunjukkan bahwa dalam banyak masyarakat kaum agama merupakan kekuatan revolusioner yang memimpin gerakan social untuk merubah masyarakat. Contoh-contoh yang dapat diajukan untuk mendukung pendapat demikianlah ialah, antara lain, berbagai gerakan perlawanan kaum ulama ditanah air kita terhadap penjajahan belanda, kepeloporan para rohaniwan katolik dalam menghapi ditatur dan rezim-rezim militer diberbagai Negara-negara Amerika Selatan, perlawanan para rohaniwan Katolik di Polandia terhadap rezim komunis, dan gerakan para ayatullah yang berhasil menjatuhkan rezim Shah Iran. Kita tentu masih ingat pula tesis Weber, yang intinya ialah bahwa perkembangan semangat kapitalisme di Eropa Barat berhubungan secara erat dengan perkembangan etika Protestan.[3]
Dari definisi sosiologi agama di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi agama sama dengan dengan sosiologi pada umumnya ia mempelajari masyarakat agama dengan pendekatan ilmu sosial, bukan teologis. Tetapi tidak semua pernyataan dalam definisi tersebut dapat kita setujui, terutama dalam pernyataan bahwa sosiologi agama untuk kepentingan masyarakat agama atau masyarakat umunya.Sosiologi umum dan sosiologi agama adalah ilmu murni yang peruntukannya diserahkan kepada siapa saja yang mau memanfaatkannya.
Sosiologi agama memusatkan perhatiannya terutama untuk memahami makna yang diberikan oleh suatu masyarakat kepada system agamanya sendiri, dan berbagai hubungan antar agama dengan struktur sosial lainnya, juga dengan berbagai aspek budaya yang bukan agama, seperti magic, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Ketika mengkaji suatu agama, para peneliti biasanya terhalang oleh keperpihakan mereka kepada keyakinan agama yang mereka yakini. Oleh karena itu, para sosiolog agama akan berusaha menetralkan emosi mereka ketika mengkaji agama yang berbeda dengan agama mereka sendiri. Walaupun mungkin hal itu tidak bias lepas sama sekali, namun objektivitas penelitian terhadap agama sangat diharapkan dalam sosiologi agama. Bila data penelitian biasa diminimalisasi dengan menempatkan agama yang diteliti ke dalam konteks budaya dan dipersamakan layaknya fakta sosial yang lainnya.
Para ahli sosiologi agama memandang agama sebagai suatu pengertian yang luas dan universal, dari sudut pandang sosial dan bukan dari sudut pandang individual.Hal itu berarti sosiologi agama tidak melulu membicarakan suatu agama yang ditelitu oleh para penganut agama tertentu, tetapi semua agama dan disemua daerah di dunia tanpa memihak dan memilih-milih. Pengkajiannya bikan diarahkan kepada bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan kepada kehidupan agama secara kolektif terutama dipusatkan kepada fungsi agama dalam pengembangan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat. Perhatiannya juga ditujukan pada agama sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya selama berabad-abad hingga sekarang.
Keuniversalan agama terlihat dari berbagai hasil penelitian para ahli arkeologi dan etnologi yang menunjukkan bahwa dari barang-barang peninggalan paling kuno yang ditemukan selalu ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa masyarakat terdahulu itu melakukan kegiatan keagamaan.[4]
Tak seorang pun dari para ahli itu menemukan kelompok manusia tanpa bekas-bekas tingkah laku yang biasa dilukiskan sebagai tingkah laku agama.Oleh karena itu agama dipandang bukan mmiloik masyarakat tertentu.Secara umum, keberagamaan dialami oleh berbagai masyarakat diberbagai wilayah belahan dunia ini, sejak zaman dahulu kala sampai sekarang.Oleh karena itu, agama juga dianggab banyak memberikan pengaruh yang kuat terhadap kehidupan masyarakat di mana pun dan kapan pun.[5]
Tetapi, para ahli sosiologi agama sepakat bahwa intensitas pengaruh agama dalam kehidupan sosial masyarakat semakin lama semakin berkurang sejalan dengan menaiknya perkembangan kebudayaan masyarakat tersebut.Tetapi, berkurangnya pengaruh tersebut bukan pada dataran keberagamaan individual melainkan pada dataran kehidupan beragama secara komunal.Di kota-kota yang modern seperti seperti di Amerika dan Eropa, agama tidak lagi ikut berperan sebagai alat legitimasi sosial yang dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan hidup bersama agama telah terpinggirkan dan hanya berperan dalam membentuk kesalehan individual.
                                                       
c .Fungsi umum yang mencakup individu dan kelompok social
Seorang sosiolog, di dalam menelaah masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, baik yang kecil seperti misalnya kelompok keluarga, ataupun kelompok-kelompok besar seperti masyarakat desa, masyarakat kota, bangsa dan lain-lain. Para sosiolog telah meneliti kepribadian individu maupun kehidupan berkelompok.
Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial adalah bagaimana cara mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan-tindakan anggotanya agar tercapai tata tertib di dalam kelompok. Hal yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi, memegang peranan, dan selanjutnya.
Dalam hal ini sosiologi berfungsi sebagai proses pembentukan kepribadian diri manusia berlangsung terus sampai dia mati. Sosiologi juga berfungsi untuk mempelajari interaksi antar individu sebagai anggota kelompok sosial, hubungan-hubungan sosial antar anggota kelompok. Menyelidiki factor-faktor persoalan dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan.Sementara itu, usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan sosial. Dengan kata lain, sosiologi berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berada di belakang tata kelakuan sosial. Pekerjaaan sosial berusaha untuk menganggulangi gajala-gejala abnormal dalam masyarakat atau untuk memecahkan persoalan-persoalan yang di hadapi oleh masyarakat.[6]
Menurut pandangan sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta sosial.Sebagai suatu fakta sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah.Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragam itu disebut sosiologi agama.Sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu yang otonom, muncul setelah akhir abad ke-19. Pada prinsipnya, ilmu ini sama dengan sosiologi umum, yang membedakannya adalah objek materinnya. Sosiologi umum membicarakan semua fenomena yang ada dalam masyrakat secara umum, sedangkan sosiologi agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial. Seorang ahli sosiologi agama di Indonesia, Hendropuspito, mengatakan: “Sosiologi agama ialah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.”[7]

Berbagai pandangan mengenai keluarga[8]
Pengertian emosional yang sangat mendalam mengenai hubungan keluarga bagi hampir semua anggota masyarakat telah diobservasi sepanjang sejarah peradapan umat manusia.Para ahli filsafat dan analisis sosial telah melhat bahwa masyarakat adalah struktur yang terdiri dari keluarga, dan bahwa keanehan-keanehan suatu masyarakat tertentu dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung didalamnya. Karya etika dan moral yang tertua menerangkan bahwa masyarakat kehilangan kekuatannya jika anggotannya gagal dalam melaksanakan tangung jawab keluarganya. Confusius, umpamanya, berpendapat bahwa kebahagiaan dan kemakmuran akan tetap ada dalam masyarakat jika saja semua oarang bertindak benar seagai anggota keluarga dan menyadari bahwa orang harus mentaati kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Ketika itu hubungan antara penguasa dengan rakyatnya, hampir mirip dengan hubungan antara seorang bapak degan anak-anaknya.
Dalam masa-masa, banyak perencana sosial atau ahli filsafat yang berkhayal membangun masyarat baru (utopia) dimana definisi mengenai peran keluarga diharap mampu berfungsi sebagai saranapemecahan masalah sosial yang sudah kronis.Sejak hubungan kekeluargaan pada semua masyarakat yang dikenal mencegah adanya pemilihan yang berstandar atas kemampuan individu, maka di utopianya Plato ikatan antara orang tua dan anak-anak tidak berfungsi apapun, karena tidak seorang pun mengetahu siapa anak dan orang tuannya. Pembunuhan terjadi pada waktu yang sama dengan pesta-pesta perkawinan tertentu. Anak-anak yang dilahirkan di luar masa kelahiran dilenyapkan semua anak diambil dari orang tua mereka pada saat dilahikan dan dibesarkan dalam suasana penuh tantangan oleh orang-orang yang khusus ditunjuk untuk itu.
Termasuk dalam tujuan berbagai revolusi yang terjadi sejak revolusi Perancis tahun 1789 adalah perubahan mendalam pada hubungan kekeluargaan.[9] Sejak perang Dunia ke II pemimpin-pemimpin negara yang sedang menuju tahap industrialisasi telah mengeluarkan undang-undang baru, jauh sebelum adanya pendapat umum, bertujuan membentuk pola-pola keluarga yang lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan kota dan industri.
Semua kenyataan ini, menunjukkan bahwa baik para ahli filsafat, dan pemimpin-pemimpin keagamaan maupun keduniawan, dan pemimpin-pemimpin keagamaan maupun keduniawan, sepanjang sejarah minimal secara tidak langsung, sadar akan pentingnya pola keluarga sebagai unsur inti dalam struktur sosial, juga memperlihatkan bahwa pengamat sosial harus mengerti tingkah laku keluarga untuk dapat memahami proses-proes sosial secara umum.
Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi, seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan terhadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya.[10]
Keluaraga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar.Sebab itu kita selalu berada dibawah pengawasan saudara-saudara kita, yang merasakan bebas untuk mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau mengancam, agar kita melakukan kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan kepada kita.
Keterlibatan secara emosional dan kepercayaan terhadap pengalaman pribadi sering menyakinkan kita bahwa pengetahuan mengenai sosiologi keluarga adalah sesuatu yang sudah jelas, karena mengenai sesuatu yang telah kita ketahui.Tetapi, banyak hal yang jelas mengenai keluarga, ternyata secara faktual tidak berdasar. Ada juga yang setengah benar dan memperlikan penelitian lebih mendalam agar dapat dimengarti lebih baik. Salah satu contoh ialah kepercayaan bahwa anak-anak mempersatukan keluarga. Kenyataanya memang banyak pasangan yang bercerai tidak mempunyai anak. Tetapi data terakhir yang dapat dipercaya menyatakan bahwa penyebabnya ialah: orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri, yang banyak kemungkinan cenderung untuk bercerai, juga sedikit kemungkinan mempunyai anak.
d.   Sosiologi ekonomi
            Dari sejarah persoalan ekonomi yang digambarkan tersebut memperlihatkan bahwa dari awal sejarah persoalan ekonomi tidak hanya menyangkut ekonomi an sich tetapi ia berkait dan melekat pada institusi-institusi lain dari masyarakat seperti agama, politik dan pemerintahan, budaya, dan seterusnya. Buku ini ditulis dengan titik tolak dari pemikiran seperti itu dengan kata lain pembahasan persoalan ekonomi haruslah mempertimbangkan institusi-institusi masyarakat lainnya yang dapat memperlancar atau menghambat aktivitas-aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh aktor-aktor ekonomi.[11] Oleh karena itu pulalah persoalan-persoalan ekonomi yang terdapat pada tingkatan individu, masyarakat, Negara (nasional), dan internasional tidak dapat dipecahkan hanya lewat ilmu-ilmu ekonomi tetapi ia harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan politik. Itu berarti bahwa dalam memahami persoalan persoalan ekonomi terdapat bagian bagian yang tumpang tindih antara focus perhatiasn ekonomi dan focus perhatian ilmu-ilmu sosial lainya. Dalam situasi seperti ini maka dapat saja terjadi, para ekonom memperluas fokus perhatian sahingga masuk ke dalam bidang perhatian yang sebelumnya menjadi focus utama suatu ilmu sosial lainya, seperti study yang di lakukan oleh Gary Becker tentang diskriminasi (1957) sementara dalam sosiologi study tentang diskriminsi telah lama menjadi focus perhatian di bawah topic stratifikasi sosial, baik yang dilakukan oleh Max Weber. Atau sebaliknya, sosiolog masuk ke dalam jantungnya ekonomi, yaitu pasar, dengan mengajukan pendekatan jaringan sosial memahami pasar, seperti yang dilakukan oleh Granovetter temtang pasar tenaga kerja (1974). Penyusupan ke daerah perbatan seperti itu di sebabkan oleh kerena sama sama membahas fenomena masyarakat yang mempunyai beragam aspek.
Daerah perbatasan bidang kajian antara sosiologi dan ekonomi telah lama menjadi agenda pembicaraaan ilmiah antara para sosiolog dan para ekomom. Dari pihak sosiologi Mex Weber (1978), juga dikenal sebagai ekomom, telah memberikan garis batasnya dengan menekankan bahwa sosiologi ekonomi memperhatikan tindakan okonomi sejauh ia mempunyai dimensi sosial dan selalu melibatkan makna serta berhubungan dengan kekuasaan. Sedangkan dari pihak ekonomi Joseph Schumpeter (1989), juga di pandang sebagai sosiolog, mempunyai pembagian kerja di antara dua bidang ilmu tersebut dengan memberi batasan bahwa sosiologi ekonomi berkaiatan dengan konteks institusional dari ekonomi sedangkan ilmu ekonomi berkaitan dengan ekonomi itu sendiri.[12]

e.    Definisi sosiologi ekonomi
Sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka, dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi ekonomi berhubungan dengan dua hal yaitu:[13]
1)      fenomena ekonomi
fenomena ekonomi yaitu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka. Cara yang dimaksud disini berkait dengan semua aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka.
Stinchcombe (1983) mengingatkan bahwa sosiologi ekonomi harus memperhatikan aspek ekologis.Pengertian tersebut patut diperhatikan karena suatu aktivitas ekonomi yang mengabaikan aspek-aspek ekologis dan menghadapi hambatan dan tantangan oleh masyarakat dunia kontemporer yang semakin peka terhadap produk-produk yang bahan bakunya berasal dari kayu hutan tropis.Dalam aktivitas juga sangat memperhatikan aspek ekologis.
2)      pendekatan sosiologis
pendekatan sosiologis yaitu berupa kerangka acuan, variable-variabel,  dan  model-model yang digunakan oleh para sosiolog dalam memahami dan menjelaskan kenyataan sosial atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Pendekatan yang digunakan oleh para sosiolog dalam memahami dan menjelaskan fenomena ekonomi berbeda dengan yang dipakai oleh para ekonom.
Dari sini dapat dipahami bahwa fungsi sosiologi terhadap bidang ekonomi adalah sebagai analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan harga antara pelaku ekonomi. Analisis hubungan dari interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat. Studi tentang perubahan institusi dan parameter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat.
Dalam economi and society(1978),[14] seperti yang telah dibahas sebelumnya, Weber telah menetapkan garis pemisah antara ekonomi dan sosiologi ekonomi dengan mengajukan 3 unsur:
1). tindakan ekonomi adalah sosial
2). tindakan ekonomi selalu melibatkan makna
3). tindakan ekonomi selalu memperlihatkan kekuasaan
      Disamping itu Weber juga telah berjasa dalam meletakan landasan metodologis bagi sosiologi ekonomi.Weber telah mengajukan tipe ideal untuk menganalisis fenomena sosial, dan telah memberikan contoh dalam pemakaiannya seperti tipe ideal dari birokasi, patrimonial, dan seterusnya.Selain itu juga mengajukan metode versteben (pemahaman intrepetatif) dalam pembahasan terhadap fenomena sosial.
Emile Durkheim (1858-1917). Dibandingkan Weber, Durkheim membahas sosiologiekonomi kurang komprehansif dan sistematis. Meskipun demikian, studinya tentang the Division of Labor in Society(1893) memberikan sumbangan tersendiri kepada perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi. Jika para ekonom memandang pembagian kerja sebagai suatu cara untuk menciptakan kesejahteraan, dan lebih jauh lagi, efisiensi. Bagi Durkheim, pembagian kerja mempunyai fungsi yang lebih luas. Pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern. Tingginya tingkat pembagian kerja dan peranan berbeda antar setiap orang menyebabkan orang menggantikan basis ikatan (penyatuan ) atas dasar kesamaan (solidaritas mekanis) dengan dasar ketidaksamaan (solidaritas organis). Mereka tergantung satu sama lain karena mereka mempunyai tugas yang berbeda, dan oleh sebab itu mereka saling membutuhkan untuk kesejahteraan mereka sendiri.

f.  Fungsi sosiologi tentang masyarakat desa dan perkotaan
            Ada beberapa aspek yang perlu dibahas dalam interaksi masyarakat desa dengan masyarakat perkotaan. Banyak alasan yang membicarakan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.[15] Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai suatu pengertian yang baku, juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya banyak dicurahkan pedesaan, maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian struktur sosial atau kehidupannya. Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”, desa masih dianggap sebagai standard dan pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong-menolong, keguyupan, persaudaraan, gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat-istiadat, kehidupan moral sosial dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat orang bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan “akur”. Akan tetapi justru dengan berdekatan, mudah terjadi konflik atau persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari.
Dalam memahami masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, tentu tidak akan mendefinisikannya secara universal dan objektif, tetapi berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Sosiologi berfungsi untuk menelaah ciri-ciri masyarakat memberikan informasi tentang hubungan masyarakat, perkembangan masyarakat, interaksi masyarakat serta sistem kehidupan masyarakat terebut.[16]
Berbicara tentang masyarakat pedesaan dan perkotaan, sesungguhnya akan berbicara tentang sistem hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya. Terkadang di dalam percakapan dan di dalam anggapan, desa senantiasa dipertentangkan dengan desa, seakan-akan siang dan malam. Desa pada hakikatnya bukan istilah yang menunjukan benda “tunggal”, tetapi “desa” mempunyai unsur-unsur yang kemudian, kalau dirakit sedemikian rupa, akan terbentuk desa. Setiap unsur dalam suatu sistem itu dapat diperlakukan sebagai satu kesatuan yang utuh.
Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Oleh karena itu, mempelajari suatu masyarakat berarti dapat berbicara soal struktur sosial. Untuk menjelaskan perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut, dapat ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasinya terhadap alam, pekerjaan, ukuran sosial, pelapisan sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem nilainya[17].


2.Pengertian Kontribusi Sosiologi
a.        Pentingnya Sosiologi dalam Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia dalam masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pada masa-masa terjadi perubahan. Perencanaan sosial lebih bersifat preventif oleh karena kegiataanya merupakan pengarahan-pengarahan dan bimbingan-bimbingan mengenai cara-cara hidup masyarakat yang lebih baik. Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, tidak sedikit kemungkinan berpengaruh terhadap kehidupan manusia., bisa berpengaruh positif atau berpengaruh negatif. Secara sosiologis perencanaan ini didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan  hadirnya teknologi baru, berarti memerlukan persiapan untuk menggunakannya dengan meningkatkan kemampuan masyarakat, yang pada menjadi beban dan tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia[18].
Menurut Ogburn dan Nimkoff, prasarat suatu perencanaan sosial yang efektif adalah sebagai berikut:
a.       Adanya unsur modern dalam yang mencakup suatu sistem ekonomi diman telah dipergunakan uang , urbanisasi yang teratur, intelegensi dibidang teknik dan ilmu pengetahuan dan suatu sistem administrasi yang baik.
b.      Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.
c.       Terdapat sikap publik yang baik terdapat usaha-usaha perencanaan tersebut.
d.      Adana pimpinan ekonomis dan politik progresif[19].
Disamping itu Soejono Soekamto juga menambahkan bahwa suatu kosentrasi wewenang  juga diperlukan untuk merumuskan juga menjalankan perencanaan tersebut supaya perencanaan tidak tersesat oleh perubahan-perubahan  sebagai akibat dari tekanan-tekanan dari golongan-golongan yang establised dalam masyarakat[20].
Secara umum ada beberapa kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial, yaitu antara lain:
a.       Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional sampai pada taraf kebudayaan yang modern, seperti kompleksitas mayarakat dengan berbagai perubahan peradapan. Dengan demikian proses penyusunan  dan memasyarakatkan suatau perencanaan sosial relatif lebih mudah dilakukan.
b.      Sosiologi memmpunyai dasar kemampuan memahami tentang hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antar golongan dalam masyarakat, disamping memahami pula proses perubahab-perubahan dan pengaruh-pengaruh penemuan baru dalam masyarakat. Hal ini cara bekerja sosiologi mengenai rencana terhadap masa depan atas dasar kenyataan yang aktual dalam masyarakat, relatif dapat dipercaya.
c.       Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang obyektif, proses pelaksanaan kerjanya lebih didasarkan pada spekulasi dan harapan sosial yang ideal. Dengan demikian proses pelaksanaan sosial dapat diharapkan  lebih sedikit penyimpangannya.
d.      Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga perencaan tersebut dapat bermanfaat dalam menghimpun kekuatan sosial dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat[21]
e.       Dengan bepikir secara sosiologis, maka perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui batas-batas keterbelakangan dan kemajuan masyarakat dari bidang kebudayaan, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan  dan tekologi yang dinamis dan cepat, diharapkan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
b.      Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian
Sosiologi memiliki metode-metode penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial  lainya. Obyek penelitianya mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia, terutama yang berhubungan dengan interaksi antar manusia dalam masyarakat.Tugasnya adalah mencari dan menemukan data faktual tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subyektif.
Beberapa metode utama yang digunakan dalam penelitian sosiologi, diantaranya adalah untuk menguji kebenaran hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan masalah-masalah yang timbul secara nyata dalam kehidupan manusia dalam masyarakat.metode-metode utama pada umumnya yang digunakan dalam penelitian sosiologi adalah sebagai berikut:
a.       Metode Artistik
Metode ini banyak dipakai untuk menunjukkan hubungan-hubungan dan pengaruh-pengaruh kausalitas, disamping dapat memperkecil prasangka-prasangka pribadi atau sepihak. Metode statistik yang paling sederhana dan tidak asing lagi,sekalipun bagi peneliti pemula adalah teknik enumerasi (enumeration = penhitungan). Dengan demikianhanya menggunakan tabulasi penhitungan-penghitungan responden dari penyataan yang diajukan, maka sudah dapat diketahui dan dapat disimpulkan hasilnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Bebrapa penelitian sosiologis lainnya banyak menguunakan metode statistik dengan taraf yang lebih tinggi, mulai dari standaar devisiasi, chisquare, sosiometri, berbagai model korelasi, analisi jalur, meta analisis, sampai pada metode analisis regresi.[22]
b.      Metode Eksperimen
Metode ini digunakan untuk menguji pengaruh dari proses perubahan pola kehidupan masyarakat. Metode ini dilakukan terhadap dua kelompok, yang satu kelompok eksperimen dann yang lain merupakan kelompok kontrol atau kelompok coba. Penelitian sosiologi dapat juga berfungsi untuk menarik suatu kesimpulan bahwa faktor eksperimen itulah yang menyebabkan perubahan dan perbedaan yang terjadi, sepanjang faktor-faktor lain tidak terganggu.
c.       Metode Partisipatif
Digunkan untuk penelitian secara mendalam tenteng kehidupan kelompok yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan identitas penneliti.Metode ini hanya dapat efektif apabila dilakukan oleh peneliti yang memang mengetahui dan mengenal obyek-obyek penelitian, disamping peneliti mempunyai pengalaman pribadi sebagai anggota suatu kelompok obyek penelitian tersebut.
d.      Metode Studi Kasus
Digunakan utu meneliti kebnaran-kebenaran peristiwa tertentu, misalnya tentang geraka-gerakan sekelompok mahasiswa, gerakan orientasi tertentu, dan sebagainya  kasus tertentu yang terbatas sifatnya.
e.       Metode Survei Lapangan
Digunakan untuk memperoleh data yang tidak munkin didapat dengan cara lain, oleh karena itu populasi begitu luas dan populer.metode ini digunakan apabila ingin mencari data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat swecara langsung.

c.       Kegunaan Soiologi dalam Pemecahan Masalah[23]
            Masalah sosial berdasarkan devuinisinya yang paling tepat adalah masalah yang ditimbulkan dari masyarakat itu sendiri.Dengan demikian masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dengan cara-cara yang menghalangi pemunahan kehendak biologis dan sosial yang ditetapkan mengikuti garis yang disetujui masyarakat.
Berbagai usaha dan cara telah dilakukan banyak orang untuk menanggulangi masalah sosial, akan tetapi belum ada metode ampuh yang dapat menuntaskan setiap masalah sosial yang timbul. Kesulitannya, karena masalah-masalah yang timbul tidak selalu sama, baik latar belakangnya, waktunya, maupun pengaruh-pengaruh yang menyertainya.
Adapun metode-metode yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,[24] diantaranya adalah:
a.       Metode Coba-coba, yaitu cara menanggulangi masalah sosial yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial pada masyarakat yang masih tergolong sederhana.
b.      Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial dengan penelitian-penelitian secara ilmiah.
c.       Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitian-penelitian tanpa perhitungan.
Secara sosiologis, perencanaan sosial pada dasarnya merupakan alat mempermudah usaha manusia menuju kepada suatu kemajuan soosial. Untuk menuju kemajuan sosial tersebut, tidak hanya tergantung pada campur tangan pemerintah akan tetapi lebih diutamakan keutamaan masyarakat, oleh karena itu masyrakatlah yang langsung terlibat dalam setiap proses perubahan masyarakkat tersebut[25].







C. ANALISIS DAN DISKUSI

         1.         Analisis
Menurut kelompok kami sosiologi memiliki fungsi dan kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada. Sosiologi memiliki fungsi antara lain mempelajari struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok serta lapiasan-lapisan sosial, pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan.
Sosiologi memiliki berbagai fungsi dalam berbagai bidang kehidupan seperti fungsi sosiologi dan agama karena para ahli sosiologi mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Pengaruh hubungan agama dengan sosiologi sangat kuat, karena dalam kehidupan masyarakat memberi pandangan tentang kehidupan sosial, agamalah yang memberi pengaruh baik-buruknya tingkah laku mereka. Dan juga dari definisi sosiologi agama pada pokok bahasan, dapat disimpulkan bahwa sosiologi agama sama dengan dengan sosiologi pada umumnya ia mempelajari masyarakat agama dengan pendekatan ilmu sosial, bukan teologis. Tetapi tidak semua pernyataan dalam definisi tersebut dapat kita setujui, terutama dalam pernyataan bahwa sosiologi agama untuk kepentingan masyarakat agama atau masyarakat umunya.Sosiologi umum dan sosiologi agama adalah ilmu murni yang peruntukannya diserahkan kepada siapa saja yang mau memanfaatkannya
Dalam bidang ekonomi sosiologi juga memiliki pengaruh, karena dalam akitivitas-aktivitas ekonomi harus memperhatikan aspek sosial masyarakat yang ada, sosiologi dapat digunakan untuk pendekatan mengenai keadaan sosial, stratifikasi sosial serta pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Daerah perbatasan bidang kajian antara sosiologi dan ekonomi telah lama menjadi agenda pembicaraaan ilmiah antara para sosiolog dan para ekomom. Dari pihak sosiologi Mex Weber (1978), juga dikenal sebagai ekomom, telah memberikan garis batasnya dengan menekankan bahwa sosiologi ekonomi memperhatikan tindakan okonomi sejauh ia mempunyai dimensi sosial dan selalu melibatkan makna serta berhubungan dengan kekuasaan. Sedangkan dari pihak ekonomi Joseph Schumpeter (1989), juga di pandang sebagai sosiolog, mempunyai pembagian kerja di antara dua bidang ilmu tersebut dengan memberi batasan bahwa sosiologi ekonomi berkaiatan dengan konteks institusional dari ekonomi sedangkan ilmu ekonomi berkaitan dengan ekonomi itu sendiri.
Sedangkan kontribusi sosiologi itu sendiri dapat meliputi sebagai berikut; pertama kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial. Secara umum ada beberapa kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial, yaitu antara lain:
a.       Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional sampai pada taraf kebudayaan yang modern, seperti kompleksitas mayarakat dengan berbagai perubahan peradapan. Dengan demikian proses penyusunan  dan memasyarakatkan suatau perencanaan sosial relatif lebih mudah dilakukan.
b.      Sosiologi memmpunyai dasar kemampuan memahami tentang hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antar golongan dalam masyarakat, disamping memahami pula proses perubahab-perubahan dan pengaruh-pengaruh penemuan baru dalam masyarakat. Hal ini cara bekerja sosiologi mengenai rencana terhadap masa depan atas dasar kenyataan yang aktual dalam masyarakat, relatif dapat dipercaya. c. Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang obyektif, proses pelaksanaan kerjanya lebih didasarkan pada spekulasi dan harapan sosial yang ideal. Dengan demikian proses pelaksanaan sosial dapat diharapkan  lebih sedikit penyimpangannya.
c.       Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga perencaan tersebut dapat bermanfaat dalam menghimpun kekuatan sosial dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat
d.      Dengan bepikir secara sosiologis, maka perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui batas-batas keterbelakangan dan kemajuan masyarakat dari bidang kebudayaan, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan  dan tekologi yang dinamis dan cepat, diharapkan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
         2.         Diskusi
Pertanyaan
a. apa syarat suatu perencanaan yang efektif ?
jawab;
1)      Adanya unsur modern dalam yang mencakup suatu sistem ekonomi diman telah dipergunakan uang , urbanisasi yang teratur, intelegensi dibidang teknik dan ilmu pengetahuan dan suatu sistem administrasi yang baik.
2)      Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.
3)      Terdapat sikap publik yang baik terdapat usaha-usaha perencanaan tersebut.
4)      Adana pimpinan ekonomis dan politik progresif
          b. jelaskan metode yang digunakan dalam memecahkan suatu masalak        sosial ?
          jawab;
a.       Metode Coba-coba, yaitu cara menanggulangi masalah sosial yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial pada masyarakat yang masih tergolong sederhana.
b.      Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial dengan penelitian-penelitian secara ilmiah..
c.       Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitian-penelitian tanpa perhitungan
          c. jelaskan apa yang dimaksud aspek buudaya yang bujan agama?
          Jawab; aspek budaya yang bukan agama adalah bentuk atau contoh dari     budaya yang tidak ada sangkut pautnya dengan malasah agama, missal;       magic, ilmu pengetahuan dan teknologi.




























D. KESIMPULAN

Masyarakat adalah objek dasar sosiologi, bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat ialah yang mempelajari struktur social, proses social, interaksi social yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan social serta pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.
Jadi sosiologi mempunyai fungsi tersendiri dalam berbagai bidang kajian kehidupan sosial.Sosiologi juga berguna untuk bidang perencanaan sosial, perkembangan masyarakat, mempelajari interaksi antar masyarakat dan seluruh objek kajian tentang masalah sosial.

















DAFTAR RUJUKAN

Abdulsyani, Sosiologi, skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.
J. Goode, William. Sosilogi Keluarga, Bumi Aksara, Jakarta, 2007.
Kahmad, H. Dadang, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009.
Soelaiman, M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar, Eresco, Bandung, 1995.
Sukidin, Sosiologi Ekonomi, CENTER for SOCIETY STUDIES (CSS), Jember, 2009.














[1] Horton dan Hunt (1984:271-272)
[2] Sunarto kumanto, Pengantar Sosiologi, lembaga penerbit UI, hlm, 3
[3] Adian, Donny Gahral, 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Teraju
[4] Al-Husaen, Hamid, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw, Yayasan Al-Hamidy, Jakarta, 1992
[5] Ibid, hlm 119
[6] Ibid
[7]Lihat Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta, Kanisius 1983, hlm. 7.
[8]William J. Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta, PT Bumi Aksara 2007, hlm. 2.
[9] Ibid, hlm 3
[10] Ibid, hlm 4
[11] Dr. Sukidin, M.Pd, Sosiologi Ekonomi, (Yogyakarta, LaksBang Press 2009,) hlm. 7.

[12] Koetjaraningrat, (1971), Manusia dan kebudayaan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[13] Ibid, hlm 10
[14] Ibid, hlm 18
[15] Soelaiman, M. Munandar,  Ilmu Sosial Dasar, PT.Ereesco, Bandung, 1995
[16] ibid
[17]ibid.
[18]Abdulsyani, 2002; Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan.
[19]Ogburn anEd Nimkoff, Sociology, Fourth edition, A pfeffer and Simons International University  Edition, Toughton Miffin Company: Buston, 1964.
[20]Soerjono soekamto,1982;Sosiologi suatu pengantar.
[21]Mayor Polak,1983; Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas.
[22] Ibid,
[23] Iskandar, N. n.n. When Z.P.G in Indonesia, Jakarta: Lembaga Demografi FEUI
[24] Ibid,
[25]Abdul Syani, 1987;Sosiologi Kelompok dan masalah sosial.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

boleh tanya
apa ya contoh sosiologi dalam disiplin ilmiah..?? mohon bantuannnya ya.. penting banget soalnya..?? makasih sebelumnya (:

Posting Komentar